
MALANG POST – Pemkot Batu tak mau berlama-lama berpangku tangan menghadapi ancaman stunting. Lewat Dinas Kesehatan (Dinkes), program baru bertajuk Kelas Pozting resmi digulirkan. Program itu jadi titik awal transformasi program lama Pos Gizi Penanganan Stunting (Pozting) yang sempat vakum di sejumlah kelurahan.
Program ini langsung menyasar 10 bayi bawah dua tahun (baduta) yang terindikasi stunting maupun berisiko stunting. Selama sepuluh pekan ke depan, mereka akan mengikuti serangkaian pendampingan intensif bersama para ibu.
“Saya meminta ketelatenan kepada ibu-ibu untuk hadir secara rutin. Yang lebih penting, ilmu dari kelas ini harus dipraktikkan di rumah, supaya hasilnya nyata,” tegas Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja.
Dinkes mencatat prevalensi stunting di Kota Batu saat ini berada di angka 10,10 persen. Dari total 10.736 balita yang telah diukur dan ditimbang, ada 1.084 balita yang masuk kategori stunting.
Meski lebih rendah dari angka rata-rata Jawa Timur (14,9 persen) maupun nasional (21,5 persen pada 2023), Pemkot Batu tetap mematok target ambisius. Tahun depan, angka tersebut diharapkan bisa ditekan hingga 8 persen.
Pemkot Batu optimistis. Dengan Kelas Pozting yang terstruktur dan pendampingan lintas sektor, target menekan prevalensi stunting hingga 8 persen bisa tercapai.
“Kalau ibu-ibu telaten, saya yakin hasilnya signifikan. Karena kunci keberhasilan bukan hanya program pemerintah, tapi juga aksi nyata di rumah masing-masing,” tutur Adit.

KELAS POZTING: Dinas Kesehatan Kota Batu mengeluarkan terobosan baru berupa kelas pozting untuk menekan angka stunting di Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Ketua TP PKK Kota Batu, Siti Fauziyah Nurochman, hadir langsung di tengah mereka. Fauziyah memberikan dorongan moral agar para ibu untuk memberi perhatian ekstra kepada bayi mereka.
“Jangan salah paham, dipanggil ikut kelas ini bukan berarti bayi tidak sehat. Hanya saja, mereka butuh perhatian lebih agar tumbuh kembangnya sesuai usianya,” jelasnya.
Menurut Fauziyah, kunci keberhasilan ada pada sentuhan kasih sayang orang tua. Rutin memeriksakan bayi ke posyandu, tidak menunda konsultasi medis, serta konsisten menerapkan pola asuh sehat menjadi bekal penting.
“Butuh stimulasi terus-menerus agar perkembangan anak bisa optimal. Dengan pendampingan tenaga ahli, para ibu tidak sendirian,” ujarnya.
Nutrisionis Ahli Muda Dinkes Kota Batu, Afifah Anggraini menambahkan, Kegiatan di kelas tidak sebatas teori. Setiap pertemuan diawali pemeriksaan darah lengkap oleh dokter spesialis anak untuk memantau kondisi gizi dan kesehatan.
“Kelas Pozting adalah salah satu intervensi nyata. Kita tidak mau hanya menunggu tren nasional turun, tapi juga melakukan langkah konkret di tingkat daerah,” paparnya.
Berbagai materi diberikan dalam program tersebut. Mulai penyuluhan menyusui dini, pengenalan stunting secara medis, serta praktik Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain itu, ada pula kelas memasak sehat. Para ibu diajarkan mengolah makanan bergizi seimbang dengan bahan sederhana. Termasuk di dalamnya praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), yang menjadi salah satu faktor kunci dalam pencegahan stunting.
“Selain itu, kita juga membekali keluarga dengan PKMK atau pangan olahan keperluan medis khusus. Bentuknya berupa susu tambahan yang diresepkan dokter spesialis anak,” tutup Afifah. (Ananto Wibowo)