
LATIHAN KERAS: Odivan Koerich saat berebut bola dengan pemain Arema lainnya, dalam sesi latihan rutin. Kata pemain asal Brasil itu, kekalahan Arema dari Persib, karena kelengahan pemain belakang. (Foto: Arema Official)
MALANG POST – Sepertinya masa ‘bulan madu’ Arema FC bersama pelatih Marcos Vinicius Santos Goncalves, sudah mulai memudar. Jika acuan yang dipakai, adalah kiprah Singo Edan dalam enam laga perdana di Super League musim 2025/2026.
Setelah sempat membaik hingga empat pekan awal dengan tak terkalahkan, terbaru justru Arema kalah dua kali beruntun. Semuanya terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Kandang Singo Edan.
Yakni kalah dari Dewa United (13/9/2025) dan Persib Bandung (22/9/2025) dengan skor yang sama. 1-2.
Kondisi itu membuat Arema yang terus berada di papan atas hingga pekan keempat, kini semakin merosot menuju papan tengah. Tepatnya di peringkat ke-8. Hanya mengumpulkan delapan poin, dari dua kali menang, dua kali kalah dan dua kali seri.
Posisi tersebut tampaknya bakal menjadi warning bagi pelatih asal Brasil. Tidak mustahil hal tersebut bakal menjadikan Arema ‘kembali ke setelan awal’. Alias jadi tim medioker. Yang hanya mampu bersaing di papan tengah, bahkan harus berjuang menghindari degradasi.
Paling tidak kondisi tersebut terjadi pada tiga musim terakhir di Liga 1. Ketika Arema harus terseok-seok untuk bisa menghindari degradasi.
Pada Liga 1 musim 2022/2023, Arema mengakhiri kompetisi di posisi ke-12. Performa tim mengalami penurunan drastis, salah satunya dipengaruhi oleh Tragedi Kanjuruhan yang terjadi di pertengahan musim.
Kemudian di musim 2023/2024, tim yang berdiri pada 1987 itu, hanya bisa berada di posisi ke-15. Terpaut satu strip dari tim yang terdegradasi ke Liga 2.
Satu musim kemudian, tepatnya di Liga 1 2024/2025, posisinya agak lebih baik. Berada di peringkat ke-10. Dengan melakukan tiga kali pergantian pelatih dalam satu musim.
Padahal di musim 2021/2022 lalu, Arema sempat menjadi tim papan atas. Setelah mengakhiri kompetisi di peringkat ke-4.
Dan saat ini, dengan berada di peringkat ke-8, peluang Arema untuk kembali ke papan bawah terbuka lebar. Apalagi di pekan ketujuh, pada Minggu (28/9/2025) mendatang, Arema bertandang ke Stadion Manahan, dijamu Persis Solo.
Karena di peringkat yang sekarang, Arema hanya berjarak empat poin dengan para penghuni zona degradasi. Yakni Semen Padang (peringkat ke-16), Persis Solo (17) dan PSBS Biak (18).
Agar bisa mengamankan posisi di papan tengah, kemudian mengintip agar bisa kembali ke papan atas, tidak ada pilihan lain bagi Arema untuk mencuri poin penuh di Surakarta.
Caranya adalah mengevaluasi komposisi dan strategi tim, ketika kalah dari Persib Bandung. Padahal dalam laga di pekan keenam tersebut, Persib harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke-63. Dan Arema juga sudah memimpin sejak menit ke-12.
Jika merujuk pada evaluasi Odivan Koerich, defender asal Brasil, salah satu penyebab Arema kehilangan poin kandang, karena lengahnya lini belakang.
“Saya pikir keseimbangan antar lini kami cukup baik, termasuk di babak kedua.”
“Kami kebobolan gol pertama. Bola direbut, karena kesalahan di tengah lapangan.”
“Kami terekspos, kami membuat kesalahan dan butuh waktu lama untuk menutupnya,” kata Odivan.
Khusus gol kedua Persib, Odivan menyesalkan terjadinya lewat proses bola mati. Padahal pemain bernomor punggung 4 ini, mengaku sudah sering berlatih antisipasi bola mati dalam sesi latihan.
“Seperti yang dikatakan pelatih, kami kebobolan gol kedua lewat bola mati. Namun, saya pikir kami bermain baik dalam pertandingan ini.”
“Gol-gol yang kami kebobolan hanya terjadi secara terpisah. Lawan selalu mendominasi kami.”
“Kami mengendalikan permainan. Kami memiliki situasi yang bagus untuk kembali unggul di menit-menit terakhir.”
:Tapi, kami kebobolan gol dan harus menelan kekalahan. Namun, saya rasa kami mengendalikan permainan dengan baik,” pungkasnya. (*/Ra Indrata)