MALANG POST – Masih banyaknya balapan liar di Kota Malang, sempat memunculkan wacana untuk membangun sirkuit. Agar bisa mengalihkan aktivitas negatif itu menjadi prestasi.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Dito Arief Nurakhmadi, saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, menjelaskan, rencana program pembangunan Kota Malang, titiknya akan ada di sekitar Kedungkandang.
“Mengingat beberapa giat olahraga ada disana. Pada dasarnya, kami akan terus mendorong untuk mewujudkannya,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (22/9/2025).
KBO Lantas Polresta Malang Kota, Iptu Eko Novianto, menambahkan, munculnya balap liar akan membawa beberapa dampak tidak baik. Seperti mengganggu ketertiban masyarakat, mengingat aksi ini biasanya dilakukan malam hari di jam istirahat.
“Selain itu dampak lain balap liar, juga bisa menimbulkan kecelakaan lalu lintas.”
“Sejauh ini aksi balap liar masih terus ada dan tergolong stagnan, meskipun beberapa upaya sudah dilakukan,” kata Iptu Eko.
Dalam penertiban aksi balap liar, tambahnya, biasanya dilakukan penahanan kendaraan yang terlibat minimal tiga bulan, hingga denda. Harapannya ada efek jera yang dirasakan.
“Sejauh ini memang yang terlibat dalam aksi balap liar anak-anak muda, yang merasa tidak tersalurkan hobinya, karena memang di Kota Malang minim fasilitas,” ujarnya.
Iptu Eko juga menjelaskan, sejauh ini beberapa upaya sudah dilakukan. Mulai dari memberikan edukasi atau sosialisasi sampai tingkatan RT/RW, dengan menyasar orang tua.
Jadi harapannya pukul 21.00 para orang tua peka, jika anaknya tidak di rumah perlu dipastikan posisinya dimana.
“Kami sudah bekerjasama dengan Polres Malang dengan menggelar Kanjuruhan Streetrace. Sebagai bentuk mewadahi anak anak muda yang ingin balapan.”
“Di beberapa titik yang sering dilaporkan aksi balap liar juga ditempatkan personel. Khususnya di masa akhir pekan,” tegasnya.
Sementara itu, dosen Sosiologi Universitas Merdeka Malang, Dr. H. Catur Wahyudi, MA., menjelaskan, persoalan balap liar memang perlu ada kolaborasi banyak pihak. Mulai dari Pemerintah daerah,, kepolisian sampai komunitas balap liar.
Ketika kolaborasi sudah dilakukan, tambahnya, ke depan bisa dipikirkan lebih lanjut soal adanya kompetisi.
“Karena sebenarnya balap liar ini sebagai hobi dari anak anak muda. Tapi karena memang di luar kendali, sehingga ada istilah liar disini,” imbuhnya.
Padahal ketika balap liar ini diarahkan dan difasilitasi, akan menjadi potensi luar biasa. Bahkan anak-anak muda bisa terwadahi.
“Jadi memang sudah waktunya, Kota Malang menyiapkan fasilitas untuk hobi ini,” tandasnya. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)




