
MALANG POST – Sebagai salah satu pionir kampus hijau, UMM menghadirkan pembelajaran keberlanjutan yang terintegrasi di segala lini. Tahun 2025, UMM resmi menjalankan program Mata Kuliah Wajib ‘Wawasan Keberlanjutan’ melalui kurikulum lintas disiplin bagi seluruh mahasiswa semester 1. Ini sejalan dengan komitmen Kampus Putih dalam mewujudkan cita-cita global dalam konsep Living laboratory yang berfokus pada isu Sustainable Development Goals (SDGs) di berbagai bidang.
Menariknya, program ini tak hanya lintas disiplin, tetapi juga berupa proyek aksi nyata bersama masyarakat. Mahasiswa juga diajak berperan aktif dalam berbagai gerakan hijau, kesehatan, dan sosial. Fokus topik pembahasan yang disampaikan antara lain: One Health melalui pendekatan kesehatan terpadu, Ecosystem Restoration Decade (2021–2030), UNEP Regional Seas Programme, Global Adaptation Network (GAN), dan SDGs.
Perkuliahan satu semester ini dibagi menjadi dua batch, yakni pembelajaran berbasis wawasan dan teori hingga pertengahan masa perkuliahan, kemudian dilanjutkan dengan project-based learning.
Lebih lanjut, Kepala Biro Pendidikan dan Pengajaran UMM Zulfatman, M.Eng., Ph.D., mengungkapkan bahwa isu SDGs adalah tanggung jawab bersama yang harus terus digerakkan dari generasi ke generasi. Untuk itu, UMM sebagai perguruan tinggi yang turut menyuarakan SDGs juga berkomitmen dan berkontribusi penuh melalui aksi nyata mahasiswa dan dosen.
UMM merasa perlu mengambil peran penting dalam mendidik mahasiswa agar memahami serta mampu mengimplementasikan nilai keberlanjutan dalam kehidupan nyata.
“Tidak hanya sekadar wawasan, mahasiswa akan diajak aktif menyuarakan dan menggerakkan aksi sederhana namun berdampak sesuai bidang keilmuannya,” terang Zulfatman.
Mata kuliah wajib ini dirancang komprehensif, mengombinasikan 17 tujuan SDGs dengan fokus utama pada lingkungan, kesehatan, dan sosial. Tujuannya tidak lain adalah membangun karakter lulusan Kampus Putih kaya akan wawasan kebangsaan, keberagamaan, serta berwawasan global. Output perkuliahan pun bervariasi, mulai dari video, animasi, hingga kampanye kreatif melalui media sosial dan aksi nyata.
Sebelum diterapkan, dosen pengampu telah dibekali melalui workshop dan pedoman perkuliahan yang detail. Menurutnya, komponen penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah keseimbangan sinergi antara knowledge dan behavior yang ditransfer oleh dosen kepada mahasiswa.
“Suasana perkuliahan yang nyaman itu dimana para pengajar mampu mentrasfer knowledge (wawasan) dengan energy positif kepada mahasiswa. Ini juga menjadi komponen penting agar knowledge yang disampaikan dapat terefleksi dengan baik oleh mahasiswa,” ujarnya.
Ia berharap, hadirnya mata kuliah ini tak hanya memperkuat karakter lulusan yang berwawasan nasional dan religius, tetapi juga memiliki pandangan global. Lebih dari itu, keberadaannya diharapkan mampu memperkuat kontribusi UMM dalam kampanye keberlanjutan, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat luas. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)