
Screenshot
MALANG POST – Belasan ribu warga Kota Batu kompak bergerak. Dari jalanan kota, bantaran sungai, sekolah, kantor, hingga pelosok desa. Semuanya serentak turun tangan dalam World Cleanup Day (WCD) 2025, Jumat – Sabtu (19-20/9/2025).
Aksi global yang diikuti lebih dari 180 negara itu tahun ini punya makna khusus bagi Kota Batu, 24 titik aksi bersih-bersih untuk 24 tahun usia Kota Batu.
Sejak pagi, suasana kota berubah. Anak-anak sekolah dengan seragam olahraga, pegawai kantor, komunitas lingkungan dengan kostum khas mereka, hingga ibu-ibu PKK turun ke lapangan.
Tidak ketinggalan, pengusaha, perbankan dan BUMD juga mengerahkan timnya. Semua berbaur, membawa sapu, kantong plastik, hingga cangkul kecil untuk memunguti sampah di titik masing-masing.
“WCD bukan sekadar pungut sampah sehari. Ini tentang membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk peduli lingkungan. Tahun ini target kami 5 persen penduduk Batu ikut terlibat, sekitar 11 ribu orang,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, Dian Fachroni, Minggu (21/9/2025).
Target itu ternyata terlampaui. Berdasar data tercatat 14.654 relawan turun ke lapangan. Mereka berhasil mengumpulkan 6,4 ton lebih sampah dari berbagai jenis yakni, organik, anorganik, hingga residu. Jumlah itu masih bisa bertambah, seiring laporan masuk dari desa dan kelurahan.
Menariknya, tahun ini WCD di Kota Batu juga disisipi momen edukatif. Ada Operasi Pasukan Semut di Alun-alun Kota Batu, di mana anak-anak usia dini ikut memunguti sampah sambil diajari cara memilah.
Selain aksi pungut sampah, DLH Kota Batu juga membagikan 2.400 paket kompos hasil panen perdana Big Composter di TPA Tlekung. Kompos itu dibagikan gratis kepada warga, sebagai simbol pentingnya daur ulang sampah organik.

Semangat kolaborasi makin terasa karena gerakan ini benar-benar melibatkan pentahelix, pemerintah, komunitas, swasta, akademisi dan masyarakat umum.
“Kota Batu punya target besar, 100 persen sampah terpilah pada 2025 dan 100 persen terkelola pada 2029, sesuai target nasional. WCD ini menjadi momentum menuju ke sana,” tambah Dian.
Hasil kegiatan ini nantinya akan dilaporkan ke Waste Crisis Center Kementerian Lingkungan Hidup. Tidak hanya jumlah relawan dan berat sampah, tapi juga detail jenis sampah, cara pengolahannya, hingga dokumentasi aksi di lapangan.
Lebih dari sekadar angka, WCD 2025 menegaskan satu hal, kepedulian warga Kota Batu terhadap lingkungan bukan hanya jargon. Dari 24 desa dan kelurahan, semua bergerak. Dari anak-anak hingga pejabat, semua turun tangan. Dari jalan raya hingga aliran sungai, semua dibersihkan.
Perubahan besar memang tidak lahir dalam sehari. Namun, langkah kecil yang dilakukan bersama mampu menyalakan harapan besar. Seperti Wali Kota Batu, Nurocham ungkapkan, sungai dan lingkungan adalah warisan untuk anak cucu. Menjaganya adalah tanggung jawab bersama
Dalam momen itu, Wali Kota Batu Nurochman, Wakil Wali Kota Heli Suyanto, bersama jajaran Forkompimda ikut turun langsung. Mereka kompak turun tangan membersihkan kawasan aliran Sungai Kebo.
Tak sekadar seremonial, keduanya benar-benar nyemplung ke sungai bersama komunitas dan relawan. Tangan-tangan mereka mengangkat sampah plastik dan residu yang menumpuk di aliran air.
“Kita tidak hanya membersihkan sampah, tetapi juga menguatkan komitmen bersama untuk menjaga sungai sebagai urat nadi kehidupan,” tegas Cak Nur.
Ia juga mengapresiasi komunitas Sabers Pungli yang konsisten menggerakkan aksi bersih-bersih sungai. Kegiatan ini juga merupakan edukasi langsung kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan mulai dari sekitar sungai.
Menurutnya, aksi gotong royong ini akan lebih kuat dampaknya jika dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. “Aksi bersih-bersih di Kali Kebo menjadi bukti bahwa kepedulian terhadap lingkungan bukan hanya sebatas wacana, melainkan gerakan bersama yang nyata,” tutupnya. (Ananto Wibowo)