
MALANG POST – Malam hari di kawasan Alun-alun Kota Batu selalu ramai. Lampu warna-warni, udara sejuk, ditambah hiruk pikuk pengunjung yang ingin menikmati suasana. Namun, pemandangan itu sering tercampur dengan aktivitas pedagang kaki lima (PKL) yang menggelar tikar di area lingkar luar Alun-alun.
Alih-alih tertib, keberadaan mereka justru menutupi trotoar bahkan sampai memakan bahu jalan. Warga pun mulai gerah dan melayangkan aduan ke Pemkot Batu.
Menindaklanjuti laporan itu, tim gabungan yang terdiri dari Satpol PP Kota Batu, Dinas Perhubungan (Dishub) dan Kepolisian langsung turun ke lapangan. Mereka menggelar sosialisasi penertiban sekaligus memberikan edukasi kepada para PKL liar.
Kasatpol PP Kota Batu, Abdul Rais menegaskan, bahwa langkah ini dilakukan bukan semata-mata untuk melarang, melainkan menjaga ketertiban umum.
“Trotoar itu diperuntukkan bagi pejalan kaki. Sedangkan badan jalan harus steril agar tidak mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan. Jadi bukan tempat untuk berjualan,” tegasnya, Sabtu (20/9/2025).
Rais menyebut, pihaknya memang tidak serta-merta melakukan tindakan represif. Sosialisasi dilakukan secara persuasif, dengan imbauan lisan langsung kepada para pedagang.

TERTIBKAN: Personil gabungan saat menertibkan PKL liar di kawasan Alun-alun Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Kami ingin memberikan pemahaman dulu. Kalau mereka tetap membandel, baru ada konsekuensi hukum,” imbuhnya.
Sebagai langkah sementara, tim gabungan juga memasang barier water di titik-titik rawan tempat PKL biasa menggelar tikar. Tujuannya untuk membatasi ruang gerak dan mengembalikan fungsi fasilitas umum sesuai aturan.
Meski patroli rutin dilakukan setiap hari, faktanya para pedagang sering memanfaatkan celah ketika petugas lengah. “Kadang seperti main kucing-kucingan. Saat petugas lengah, mereka kembali menggelar tikar. Begitu didatangi, buru-buru dibereskan,” ujar Rais.
Pemkot Batu tak menutup mata terhadap kebutuhan ekonomi para pedagang. Karena itu, Rais menegaskan bahwa penertiban akan diikuti dengan upaya mencari solusi jangka panjang.
“Kami akan duduk bersama instansi terkait untuk memusyawarahkan formula terbaik. Bagaimana caranya fasum di sekitar Alun-alun tetap steril, tapi kepentingan pedagang juga bisa terakomodasi,” jelasnya.
Dengan begitu, wajah Alun-alun Kota Batu yang menjadi ikon wisata malam tetap terjaga, pengunjung merasa nyaman dan para pedagang pun tetap bisa mencari nafkah dengan cara yang lebih tertib. (Ananto Wibowo)