
MALANG POST – Belajar materi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), khususnya tentang peta, kini bukan lagi menjadi tantangan bagi siswa berkebutuhan khusus, terutama slow learner. Termasuk mereka yang ada di SDN Sukun 2, Kota Malang. Hal ini terwujud berkat inovasi yang dihadirkan oleh lima mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Agustus sampai September ini.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM), tim yang diketuai oleh Fadhilah Aulia ini berhasil menciptakan sebuah media pembelajaran kreatif bernama “Interactive Smart Box Explorer Map”.
Program ini lahir dari keprihatinan terhadap sejumlah permasalahan yang ditemukan di sekolah mitra. Fadhilah Aulia menjelaskan bahwa di SDN Sukun 2 terdapat sembilan siswa slow learner (enam di kelas 4 dan tiga di kelas 5) dengan gaya belajar beragam yang kesulitan memahami materi peta yang kompleks.
“Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan media pembelajaran yang sesuai untuk mereka. Nilai akademik rata-rata para siswa ini pun berada jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,” ungkap Fadhilah.
Selain itu, SDN Sukun 2 yang merupakan sekolah reguler yang belum memiliki guru pendamping khusus, sehingga guru kelas menghadapi tantangan ganda dalam menyusun perangkat ajar yang bisa mengakomodasi kebutuhan siswa reguler dan slow learner secara bersamaan.
Menjawab tantangan tersebut, tim yang beranggotakan Fadhilah Aulia, Merlin Siti Khodijah, Dea Saputri, Putri Novita Sari, dan Khalimatus Zahro Assovia ini merancang Interactive Smart Box Explorer Map. Media ini berbentuk sebuah kotak pintar tanpa tutup yang dasarnya dilukis menjadi peta tiga dimensi (3D) wilayah Jawa Timur.

Cara kerjanya cukup sederhana namun efektif. Pada peta 3D, setiap kota atau kabupaten ditandai dengan warna berbeda, dan kota spesifik ditandai dengan tutup botol berkode huruf, misalnya “M” untuk Malang. Terdapat pula miniatur 3D untuk elemen geografis seperti gunung. Untuk memandu siswa, disediakan flashcard yang menjelaskan arti dari setiap simbol dan komponen peta.
Keunggulan utama produk ini adalah desainnya yang menarik secara visual dan interaktif, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Media ini juga dirancang fleksibel untuk dapat digunakan oleh siswa kelas 4 (fokus peta 3D) dan kelas 5 (memanfaatkan papan penjelasan peta Indonesia di sisi kotak).
Saat ini, proyek tersebut telah rampung 100% dan sudah diimplementasikan di SDN Sukun 2. Berdasarkan hasil uji coba melalui observasi langsung, media ini mendapatkan respons yang sangat positif. Para siswa slow learner menunjukkan peningkatan antusiasme dan ketertarikan yang signifikan saat belajar menggunakan smart box tersebut.
Meskipun evaluasi kuantitatif melalui pre-test dan post-test belum rampung dilaksanakan, dampak kualitatif yang terlihat jelas menjadi bukti keberhasilan awal program ini. “Harapan kami, media ini tidak hanya bermanfaat bagi sekolah, tetapi juga dapat memotivasi para guru ke depan agar tidak ada lagi pembedaan antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar,” ujarnya.
Selain itu, mereka juga berharap inovasi mereka dapat terus dikembangkan, misalnya dengan penambahan unsur permainan, dan dapat berjalan lancar hingga lolos ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)