
MALANG POST – Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Brawijaya (UB) membekali 25 mahasiswa dengan keterampilan konseling sebaya untuk menjadi “gatekeeper” pencegahan bunuh diri di lingkungan kampus. Pelatihan yang digelar pada Minggu, 7 September 2025, ini bertujuan menciptakan budaya saling peduli dan memperkuat solidaritas di antara mahasiswa.
Pengabdian masyarakat dosen Ns. Muhammad Sunarto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J., dan Ns. Ayut Merdikawati, S.Kep., M.Kep. Peserta pelatihan berasal dari mahasiswa angkatan 2023 dan 2024 dari Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ilmu Gizi.
Mengadopsi model Tanya, Bujuk, Rujuk (TBR), yang berasal dari model QPR (Question, Persuade, Refer). Tahapan ini memberdayakan sumber daya mahasiswa untuk menjadi gatekeeper yang mampu mengenali tanda bahaya, memberikan dukungan, dan menghubungkan teman sebaya dengan layanan profesional.
Kegiatan ini bagian dari Pengabdian Masyarakat dosen, yaitu Ns. Muhammad Sunarto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J., serta Ns. Ayut Merdikawati, S.Kep., M.Kep.
“Terkadang mereka yang memiliki niat bunuh diri tidak selalu membutuhkan bantuan, namun mereka ingin perasaannya diakui dan didengarkan,” ujar Ns. Muhammad Sunarto.
Dalam sesi pelatihan, para mahasiswa tidak hanya menerima materi dari dosen, tetapi juga diajak berdiskusi dan berpraktik melalui studi kasus serta roleplay.
“Pembekalan materi saja tidak cukup; perlu ada praktik dari apa yang sudah dipelajari agar benar-benar memahami bagaimana menghadapi situasi konseling dalam kondisi asli,” kata Ns. Heni Dwi Windarwati, pemateri lain.
Peserta berasal dari angkatan 2023 dan 2024, dari dua program studi di FIKES: Ilmu Keperawatan dan Ilmu Gizi. Jumlah peserta hadir sekitar 25 orang, perwakilan masing-masing angkatan dan program studi.
Selama kegiatan, mahasiswa tidak hanya memperoleh materi, tetapi juga berdiskusi, berkolaborasi, serta mengasah keterampilan sesuai tema workshop. Kehadiran peserta mencerminkan antusiasme FIKES UB dalam mengikuti program pengembangan diri yang diharapkan memberi manfaat akademik maupun non-akademik.
Workshop diawali dengan pre-test untuk mengukur pemahaman peserta sebelum materi, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Ns. Muhammad Sunarto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J. dengan judul “Peran dan Kompetensi Konselor Sebaya Mahasiswa” dan “Teknik Tanya (Pertanyaan Efektif)”.
Materi selanjutnya dipaparkan oleh Dr. Ns. Retno Lestari, S.Kep., M.Nurs. dengan judul “Teknik Bujuk atau Meyakinkan untuk Mencari Bantuan”. Materi terakhir,
“Teknik Rujuk atau Merujuk ke Layanan Profesional”, disampaikan oleh Dr. Ns. Heni Dwi Windarwati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J. Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi setelah pemaparan masing-masing materi.
Rangkaian kegiatan berikutnya berupa praktik teori dalam bentuk analisis studi kasus dan roleplay. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kasus yang diberikan, sesuai pembekalan materi. Kelompok mempresentasikan hasil analisis dan ditanggapi oleh kelompok lain serta mendapatkan umpan balik dari dosen fasilitator.
Rangkaian kegiatan diakhiri dengan pemberian cenderamata berupa buku “Bayang-Bayang di Balik Pintu” yang disusun langsung oleh Ns. Muhammad Sunarto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J., berdasarkan kisah nyata dalam menangani kasus bunuh diri di lingkungan kampus Universitas Brawijaya.
Dengan pembekalan keterampilan model TBR, kegiatan ini tidak hanya berkontribusi pada deteksi dini tanda bahaya bunuh diri, tetapi juga mendorong terciptanya lingkungan kampus yang aman, peduli, dan saling mendukung.
Hal ini sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) 3, Good Health and Well-Being, karena kegiatan ini memastikan kehidupan sehat serta mendukung kesejahteraan bagi semua usia, khususnya melalui upaya pencegahan dan penanganan masalah kesehatan mental.
Selain itu, program ini juga sejalan dengan SDGs 4, Quality Education, karena memberikan kesempatan belajar di luar kelas melalui pelatihan konselor sebaya yang aplikatif dan berbasis pengalaman nyata.
Melalui pembekalan model TBR, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan praktis dalam mendeteksi, mencegah, dan menanggapi tanda bahaya bunuh diri di lingkungan kampus.
Ini mencerminkan upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan kompetensi sosial, emosional, dan kepemimpinan mahasiswa sebagai agen perubahan. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)