
CEK KESEHATAN: Salah satu sopir transum di Kota Batu saat melakukan cek kesehatan dengan alat smoke analyzer untuk mengetahui kadar karbon monoksida dalam darah. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
MALANG POST – Gambaran kesehatan para pengemudi transportasi umum (transum) di Kota Batu bikin geleng kepala. Dari hasil pemeriksaan kesehatan gratis di Terminal Kota Batu beberapa waktu lalu, terungkap 40 persen pengemudi ternyata masuk kategori perokok berat.
Data itu diperoleh setelah 80 orang yang terdiri dari sopir angkot, tukang ojek, pedagang, hingga petugas kebersihan menjalani pemeriksaan menggunakan smoke analyzer. Alat ini mengukur kadar karbon monoksida (CO) dalam darah akibat kebiasaan merokok.
Dari total peserta, ada 22 orang yang hasilnya masuk zona merah. Artinya, kadar CO mereka sangat tinggi, yakni di kisaran 11–30 ppm.
“Biasanya yang zona merah ini minimal merokok satu bungkus per hari,” terang tenaga kesehatan dari Puskesmas Sisir, Achmad Ristio.
Yang bikin ngeri, ada satu peserta yang kadar CO-nya mencapai 27 ppm. Angka itu disebut Ristio sudah mengkhawatirkan. “Kalau dibiarkan terus, risiko penyakit jantung dan paru-paru sangat besar,” tambahnya.
Selain zona merah, ada juga 30 persen peserta yang masuk kategori zona kuning alias perokok ringan. Kadar CO mereka terdeteksi 07–10 ppm. Sementara 30 persen sisanya masuk zona hijau, atau kadar CO-nya relatif normal di angka 01–06 ppm.
Menariknya, dari 56 orang sopir ojek dan angkot yang diperiksa, hanya satu perempuan yang lolos ke zona hijau. Selebihnya laki-laki, mayoritas masih akrab dengan rokok setiap harinya.
Kepala Puskesmas Sisir dr Sachariano menyebut, pemeriksaan ini bukan semata untuk mencari data. Tapi juga menjadi sarana edukasi bahaya merokok bagi para pekerja sektor informal.
“Selain smoke analyzer, kami juga lakukan cek tensi, kolesterol, asam urat dan gula darah. Jadi sekalian kontrol kesehatan,” jelasnya.
Setelah pemeriksaan, para peserta berkomitmen mengurangi konsumsi rokok harian. Meski terdengar sederhana, menurut Sachariano langkah kecil itu penting untuk menjaga stamina mereka. Apalagi, sopir dan pedagang sehari-hari dituntut bugar agar bisa tetap bekerja mencari nafkah.
Bagi yang terdeteksi memiliki riwayat penyakit, petugas langsung memberikan obat sesuai kebutuhan. Sedangkan yang sehat tetap mendapat asupan vitamin agar kondisi tubuh lebih terjaga.
“Kalau ada yang tensinya tinggi, langsung diberikan obat. Kalau sehat, diberi vitamin. Prinsipnya, ini strategi mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat yang rawan mengabaikan kondisi tubuh karena sibuk bekerja,” paparnya.
Wali Kota Batu, Nurochman mengingatkan pentingnya menjaga pola hidup sehat, terutama bagi kelompok usia lanjut. Menurutnya, penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi kini sangat mudah menyerang.
“Kami berpesan agar masyarakat Kota Batu menjaga pola makan. Jangan lupa bergerak aktif setiap hari, minimal berjalan kaki supaya tubuh tetap bugar dan jauh dari penyakit,” pesan Cak Nur, sapaan akrabnya.
Selain pemeriksaan kesehatan, peserta juga mendapat edukasi tentang gaya hidup sehat. Mulai cara mengatur pola makan, pentingnya olahraga rutin, hingga konsultasi medis langsung dengan tenaga kesehatan. Semua layanan itu diberikan gratis.
Cak Nur menegaskan, kegiatan promotif dan preventif ini akan terus digulirkan ke desa-desa dan kelurahan. Tujuannya untuk mendekatkan layanan kesehatan, sekaligus menekan angka kasus penyakit tidak menular yang kini menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
“Ini sejalan dengan visi Pemkot Batu untuk membangun masyarakat yang sehat dan sejahtera,” tutupnya. (Ananto Wibowo)