
MALANG POST – Selalu berupaya berdampak dan berdaya, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menggandeng Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Malang. Bertekad mewujudkan pemberdayaan di balik pemidanaan, Lembaga Kebudayaan (LK) UMM meluncurkan dan membedah Buku Antologi Cerpen “Liku Luka di Aksara Besi Bisu” pada 3 September 2025.
Buku ini merupakan karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) LPP Malang. Hadir sebagai pembedah adalah Dosen Sastra Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd dan Dosen Sastra FKIP UMM Dr. Purwati Anggraini, S.S., M.Hum serta dihadiri para akademisi, mahasiswa dan sastrawan.
Tengsoe, demikian ia dikenal, mengapresiasi para penulis yang telah menghasilkan sebuah masterpiece meski terbatas oleh ruang dan waktu. Terkesan, ia menyoroti prolog yang diekseskusi dengan diksi sastra yang indah. Beragam cerita dari berbagai kisah perjalanan para warga binaan di balik jeruji menjadi nyata melalui rangkaian kata yang disusun dari rintihan hati penulis. Lebih dari sekadar fiksi, ia menemukan aspek emosional kemanusiaan (humaniora), psikologi, dan sosiologi di dalam buku tersebut. Buku ini juga dapat dikaji melalui pendekatan Antropologi Lapas, terutama untuk melihat potret kehidupan para WBP.
Lebih lanjut, Tengsoe tertarik membahas judul buku yang merupakan perpaduan sempurna dari dua subjudul cerpen yang berbeda. Yakni, “Liku Luka” yang mengisahkan pengakuan dan perjalanan menjalani kehidupan di Lapas, dan cerita “Aksara Besi Bisu” yang melukiskan ekspresi dan kerasnya beribu suara tersimpan di balik besi besu (jeruji) sebagai media keluh kesah mereka. Tengsoe sangat mendukung dan mendorong para penulis untuk terus menulis dan berkarya ke arah positif.
“Jadilah penulis, terbitkan cerpen sebanyak-banyaknya, lalu setelah lulus dari Lapas bisa menemukan banyak kawan, membangun suasana kehidupan yang positif, dan kembali diakui eksistensinya di tengah masyarakat,” harap Tengsoe.
Sementara itu, Purwati mengaku sangat terkesan dan emosional setelah membaca buku ini. Menurutnya, antologi ini bukan hanya refleksi diri bagi penulis maupun pembaca, tetapi juga menjadi bukti bahwa perempuan di dalam penjara tetap mampu menulis sebagai cara untuk mengobati luka, menggugat diri, dan menyalakan kembali harapan yang sempat redup. Ia berharap setelah keluar dari Lapas, para warga binaan mendapatkan pendampingan lanjutan karena banyak ketakutan besar yang mereka rasakan pasca bebas. Lebih jauh, ia menilai buku ini penting dijadikan bahan kajian akademik, baik untuk riset maupun program pengabdian mahasiswa dan dosen, dengan perspektif beragam disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, bahasa dan sastra, hingga ilmu komunikasi.
Di sisi lain, Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Yunengsih, Bc.IP., S.Sos., M.H., menyampaikan terima kasih dan harapan tulus terhadap kontribusi UMM dalam kolaborasi aktif yang telah berjalan. Ia berharap sinergi baik ini terus terjalin dan berlanjut, sehingga lahir buku-buku hebat lainnya ke depannya. Berkat pembinaan dari kampus putih, warga binaan LPP Kelas IIA Malang dapat menghasilkan beberapa karya literasi yang diharapkan memberikan banyak manfaat. Sesuai judulnya, buku ini tidak hanya berisi cerita perjalanan, tetapi juga memuat curahan hati, penyesalan, kegelisahan, ketakutan, dan harapan.
Kepala Pusat Studi Kebudayaan UMM, Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si., menyebut tujuan kolaborasi positif ini sebagai wujud komitmen UMM dalam memaksimalkan dampak Pusat Studi Kebudayaan sebagai institusi akademik yang bekerja sama dengan Lapas dan masyarakat umum. Ini menguatkan literasi yang perlu diperkenalkan secara luas dan patut diapresiasi tinggi. Karya ini merupakan buku keempat dalam perjalanan kolaborasi antara Lembaga Kebudayaan (LK) UMM dan LPP Malang.
“Saya berharap buku ini tidak hanya menjadi sebuah dokumen bagi para penulis, tetapi juga sebagai media informasi luas bagi masyarakat umum. Selamat kepada 38 penulis yang telah sukses menerbitkan 416 halaman dalam satu buku yang penuh makna,” ungkapnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)