
Para siswi SMP Permata Jingga serahkan sampah yang telah dipilah. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
MALANG POST – Masih maraknya pembuangan limbah dan sampah sembarangan hingga berdampak pada pencemaran lingkungan, membuat sedikitnya 60 siswi SMP Permata Jingga, belajar manajemen pengelolaan sampah. Mereka memilih Bank Sampah Srikandi RW 14 Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, untuk mengajarinya.
Para siswi dari kelas 7 sampai 9 itu belajar pengelolaan sampah dengan didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Erratika Pradani, dan sejumlah guru. Para siswi pun antusias mendengarkan sambutan Ketua RW 14, Edi Rianto dan nara sumber sekaligus Direktur Bank Sampah Srikandi, Yeni Treeseff, terkait masalah persempahan. Mulai, dari pengelolaan hingga pemilahan sampah, sebelum masuk bank sampah.
“Anda datang ke sisi, selain untuk bersilaturahmi juga mencari ilmu tentang pengelolaan sampah. Ini penting karena dari barang yang telah tak berguna, setelah ditangani dengan bijak akhirnya menjadi barang yang bermanfaat,” kata Edi.
Kepala SMP Permata Jingga, Erratika Pradani, mengapresiasi ketua dan para pengurus Bank Sampah Srikandi yang telah menerimanya sekaligus berbagi ilmu tentang pengelolaan sampah.
Menurut Erra, kegiatan semacam ini sangat positif dan bermanfaat. Terutama dalam pengelolaan sampah, baik saat di sekolah dan rumah. Ternyata barang yang sudah dibuang karena tidak ada gunanya, apabila ditangani dengan baik dan bijak maka barang itu bisa bermanfaat.
Selain itu, agar para siswi sadar terhadap lingkungan. Seperti buang sampah sembarangan bisa menyebabkan banjir. Buang sampah plastik di kali juga tidak baik karena dapat mencemari kali. Siswi juga agar memahami mana sampah yang dapat di-recycle (daur ulang), di- reuse (digunakan lagi) dan di-reduce (dikurangi).
Diungkapkan Erra, kegiatan ini ke depannya tentu berimflikasi untuk lingkungan yang bersih dan asri. Sebab, para siswi sudah mahami bagaimana mengelola dan memilah sampah dengan baik.

Narasumber Direktur Bank Sampah Srikandi, Yeni Treesef, paparan materi. (Foto: Ek Nurcahyo/Malang Post)
Bahkan, lanjut Erra, ada rencana SMP Permata Jingga setelah acara ini akan membuat bank sampah sendiri. Karena, produk sampah di sekolahnya cukup banyak. “Bertahap. Setelah kegiatan hari ini, kami akan bentuk susunan pengurusnya. Dan hal ini nantinya bisa diikuti sekoah lainl,” jelasnya.
Seorang siswi SMP Permata Jingga, Bilqis, mengaku senang dengan kegiatan itu. Karena selain mendapat tambahan ilmu, dirinya juga bisa memahami pengelolaan dan pemilahan sampah.
Direktur Bank Sampah Srikandi, Yeni Treeseff, menjelaskan panjang lebar terkait sampah. Terutama sampah plastik yg sangat sulit terurai. Sampah plastik yang dibuang di tanah itu baru bisa terurai dalam 100 tahun sampai 1.000 tahun.
Bayangkan jika sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan itu terbawa sampai ke sungai dan kemudian dimakan ikan. Lalu ikan itu kena pancing dan dikonsumsi orang. Dampaknya, hal ini besar sekali bagi kesehatan orang yang menkomsumsi ikan itu.
Karena itu, pengelolaan dan pemilahan sampah yang dimulai dari rumah, penting dipahami dan dilakukan. Pembelajaran sampah ini tak hanya mendengarkan teori dari narasumber, tetapi para siswi juga melakukan praktik memilah sampah. Para siswi pun sangat antusias saat praktik pilah sampah. Terlebih pilah sampah ini dilombakan dan ada hadiahnya.
Di bank sampah, para siswi juga belajar menerima dan menimbang sampah terpilah serta administrasi pembukuan. Ketika dibuka sesi tanya jawab, ada siswi yang tanya tentang sistim tabungan. Dapat pertanyaan itu, Yeni Treeseff menjelaskan, bahwa tabungan sampah warga baru dapat diambil ketika setelah 3 bulan, 6 bulan dan setahun. “Tetapi itu harus ada sisa di buku tabungan Rp 25.000,” papar Yeni Treeseff.
Terkait perkembangan nasabah Bank Sampah Srikandi, menurut Yeni, luar biasa. Untuk warga RW 14, lanjutnya, sudah sekitar 80 persen dari 200 KK. “Ini belum nasabah dari ranting-ranting. Saat ini jumlah cabang/ranting dari Bank Sampah Srikandi adalah sekitar 10, dan untuk lembaga sekolah yang jadi anggota Bank Sampah saat ini mencapai 10.(Eka Nurcahyo)