
MALANG POST – Tim Yudistira, yang terdiri dari sembilan penerima beasiswa Bakti BCA dari berbagai fakultas, seperti FILKOM, FEB, FKH, FH, FTP, dan FAPET Universitas Brawijaya (UB) menggenjot potensi wisata serta mengenalkan budaya dan produk ekonomi kreatif unggulan Desa Toyomarto kepada masyarakat luas.
Kegiatan yang dilaksanakan pada 3 Agustus 2025 ini merupakan rangkaian Program Pengabdian Masyarakat bernama TOYOWIRA, yang berfokus pada pengembangan potensi lokal berbasis budaya.
Dalam festival ini, Tim Yudistira memamerkan berbagai produk UMKM lokal, seperti batik Toyomarto, cobek batu, sandal klompen, serta makanan dan minuman olahan ibu-ibu PKK desa, seperti Manseto, Carangmas, Kopi Wonosantri, Krupuk Ikan, Teh Wonosari, dan Jenang Grendul.
Produk makanan olahan ini telah mendapatkan Nomor Izin Berusaha (NIB) dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) pada acara pelatihan SAHUSAHA, salah satu rangkaian program TOYOWIRA.

Selain itu, juga digelar sesi edukasi Wayang Suket yang dipandu oleh Ridwan dan tim edukator setempat. Wayang Suket merupakan seni pertunjukan tradisional khas Toyomarto yang kini mulai dilestarikan kembali.
Program TOYOWIRA dilaksanakan dengan pendekatan Asset-Based Community Empowerment, yang mengedepankan kolaborasi dengan masyarakat untuk memperkuat kemandirian ekonomi desa sekaligus melestarikan budaya lokal.
Program ini terdiri dari empat pelatihan dengan sasaran yang berbeda. Pertama, pelatihan SAHUSAHA (Sahkan Usahamu di Toyomarto), ditujukan kepada pemilik UMKM industri rumah tangga untuk membantu pembuatan legalitas usaha seperti NIB, PIRT, dan sertifikasi halal.
Selanjutnya, pelatihan SOBAT (Social Media Hebat) ditujukan pada tim media sosial Pokdarwis desa Toyomarto untuk meningkatkan branding desa Toyomarto sebagai desa wisata. Dilanjutkan dengan pelatihan WAJIB (WhatsApp Jualan Bisnis) yang disasarkan pada ibu PKK yang memiliki produk ekonomi kreatif desa untuk dapat dipasarkan secara digital.
Tidak hanya itu, program ini juga dilengkapi pelatihan KLOTIK (Klompen dan Batin Inovatif Kreatif). Ditujukan pada pengrajin sandal klompen dan pengrajin batik yang ada di Desa Toyomarto.

Agar bisa mengadopsi tren pasar tanpa menghilangkan nilai budaya pada karya seni sandal klompen dan batik. Puncak program ini adalah festival budaya Toyofest yang digelar di Pentungan Sari, Desa Toyomarto, pada 3 Agustus.
“ToyoFest diharapkan mampu memberi dampak positif jangka panjang bagi Desa Toyomarto, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi, penguatan identitas budaya, dan peningkatan kapasitas masyarakat,” ujar Anas, Sekretaris Desa Toyomarto.
Dalam kegiatannya, Tim Yudistira didukung oleh 12 relawan dari berbagai institusi, mulai dari mahasiswa hingga siswa/siswi SMA di sekitar Malang.
“Melalui program community empowerment oleh Beasiswa Bakti BCA ini, kami para awardee dilatih untuk terlibat langsung di tengah-tengah masyarakat dalam upaya memberdayakan aset yang dimiliki oleh komunitas dan desa dengan lebih maksimal. Melalui pengalaman ini, kami belajar arti empati dan syukur yang sesungguhnya,” lanjut Puto, anggota tim Yudistira dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. (M Abd Rahman Rozzi-Januar Triwahyudi)