
MALANG POST – Desa Kaumrejo kini tidak hanya dikenal sebagai desa dengan potensi alam yang besar, tetapi juga sebagai pionir dalam mengubah limbah menjadi berkah. Berkat inisiatif dari UKM Forum Diskusi Ilmiah (FDI) Universitas Muhammadiyah Malang melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa), hadir sebuah gerakan inovatif yakni ‘Rumah Inovasi Wirausaha berbasis Eceng Gondok’.
Program yang diketuai oleh Azli Julianto ini telah berlangsung sejak Juli dan akan terus digulirkan hingga Desember 2025. Fokus utamanya adalah memberdayakan masyarakat desa melalui pengolahan eceng gondok menjadi produk bernilai ekonomi tinggi seperti briket bahan bakar, pupuk organik, hingga kerajinan tangan.
“Tujuan utama kami adalah membentuk ekosistem wirausaha baru yang berkelanjutan di Desa Kaumrejo, dengan menjadikan eceng gondok sebagai solusi, bukan masalah,” ujar Azli.
Desa Kaumrejo dipilih sebagai lokasi utama karena memiliki permasalahan serius dengan penyebaran eceng gondok di waduk desa. Tanaman gulma ini telah menutupi sekitar 150 hektare atau 20 % dari luas waduk, menghambat aktivitas masyarakat, terutama nelayan. Melalui pendekatan kreatif, kelompok FDI menghadirkan pelatihan-pelatihan intensif yang melibatkan ibu-ibu PKK, karang taruna, BUMDes, hingga mitra lokal.
Salah satu momen paling menarik adalah Workshop Briket Eceng Gondok yang digelar di Posko PPK Ormawa FDI, yang dihadiri oleh lebih dari 90% anggota kelompok Wirausaha Baru. Mereka diajarkan langsung cara membuat briket dari campuran arang eceng gondok, parafin, tepung kanji, dan air. Menghasilkan briket yang lebih hemat, ramah lingkungan, tahan lama, dan tentunya bernilai jual tinggi.

“Selama ini eceng gondok dianggap sebagai pengganggu. Tapi lewat inovasi ini, kami melihat potensi luar biasa untuk menjadikannya sebagai sumber energi alternatif,” ujarnya.
Manfaat program ini sangat dirasakan oleh masyarakat. Hera, salah satu peserta pelatihan, menyampaikan bahwa kegiatan ini membuka matanya akan nilai ekonomi dari eceng gondok. Ia mengaku optimis, produk seperti briket dan kerajinan bisa menjadi tambahan penghasilan yang nyata bagi keluarga.
“Program ini membuka wawasan kami. Eceng gondok kini tak lagi jadi limbah, tapi bisa jadi energi baru dan peluang usaha nyata,” ungkapnya.
Tak hanya menyasar pada aspek ekonomi, program ini juga menargetkan pengurangan populasi eceng gondok hingga 40% per tahun serta peningkatan pendapatan masyarakat sekitar sebesar 15%. Hal ini sejalan dengan Asta Cita pemerintah, khususnya dalam mendorong kewirausahaan dan industri kreatif berbasis potensi lokal.
“Harapan kami ke depan, Rumah Inovasi Wirausaha ini menjadi pusat pembelajaran dan produksi yang terus hidup bahkan setelah program berakhir. Kami ingin masyarakat Desa Kaumrejo bisa mandiri, kreatif, dan menjadi contoh bagi desa-desa lain,” kata Azli.
Dengan semangat kolaboratif, inovasi lokal, dan keberlanjutan, Desa Kaumrejo membuktikan bahwa eceng gondok bukan sekadar gulma, tapi juga sumber energi dan harapan baru bagi ekonomi desa. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)