
Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita. (Foto: Instagram)
MALANG POST – Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, belum lama ini meninjau Sekolah Rakyat Menengah Pertama 16 (SRMP 16) Malang dan SDN Wonokoyo 2 Malang.
Saat berada di SRMP 16, Mia -panggilan akrab Ketua DPRD- melihat ada beberapa kekurangan. Seperti kebutuhan alat tulis sekolah dan sejenisnya. Ditambah SDM belum mendapatkan SK, hingga kebersihan dan kesehatan yang butuh diperhatikan lebih maksimal.
“Saat melihat kondisi tersebut, ketika di lokasi itu juga, kami langsung telepon Pak Wali Kota. Agar ada atensi dan pemenuhan maupun penyelesaiannya,” kata Mia, Kamis (14/08/2025).
Sedangkan ketika berada di SDN Wonokoyo 2, justru pihaknya melihat banyak peningkatan. Akses jalan yang dilalui sudah baik dan nyaman untuk dilewati kendaraan. Jumlah siswanya juga meningkat. Dari 50 siswa menjadi 60 siswa.
“Jadi yang sebelumnya perkelas hanya ada dua atau tiga orang, sudah tidak ada lagi. Sekarang sudah ada sepuluh atau bahkan lebih siswa di setiap kelas. Kondisi ini sudah baik dibanding beberapa tahun sebelumnya,” kata politisi PDI Perjuangan ini.
Pada agenda berikutnya, Mia mengaku akan mengunjungi beberapa sekolah, yang kekurangan siswa sewaktu PSMB berlangsung kemarin. DPRD ingin mengetahui kendala yang sebenarnya dialami pihak sekolah.
“Kami ingin mengupayakan ada solusi, untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Malang.”
“Terkait kunjungan ke sekolah yang kekurangan murid, kami akan menyesuaikan dengan jadwal kegiatan. Jika ada waktu bisa diselipkan, langsung kami akan berkunjung,” sebut alumni Universitas Negeri Malang ini.
Disinggung mengenai kultur budaya pendidikan lebih condong ke madrasah atau keagamaan, mantan Ketua Komisi D DPRD Kota Malang ini menyebut kondisi tersebut bukan suatu kendala. Terpenting, katanya, anak-anak tersebut memiliki kemauan dan niat dalam mengenyam pendidikan.
Pihaknya justru mengingatkan kepada Dindikbud Kota Malang, agar memperhatikan kebutuhan guru SD dan SMP. Termasuk kebutuhan Guru Pendamping Khusus (GPK) di sekolah yang ada inklusifnya.
“Kebutuhan GPK harus mendapatkan perhatian dan keseimbangan.”
“Kami melihat GPK ini adalah perjuangan berat dalam mencerdaskan anak bangsa. Sosok GPK butuh keuletan, ketelatenan dan kesabaran membimbing anak inklusif atau berkebutuhan khusus,” pungkasnya. (Iwan Irawan/Ra Indrata)