
DIKEBUT: Pekerja terlihat sedang menyelesaikan pekerjaan perluasan gedung IGD RSUD Kanjuruhan, yang dibiayai DBHCHT. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, bakal memiliki Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang lebih representatif. Yang nantinya akan bisa memberikan pelayanan lebih maksimal kepada warga Kabupaten Malang.
Itu setelah tahun 2025, RSUD Kanjuruhan memperoleh anggaran DBHCT sebesar Rp32.754.304,483. Jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2024 lalu. Yang hanya mendapat kucuran Rp17 miliar.
Direktur RSUD Kanjuruhan, dr Nur Rochmah MMRS., menjelaskan, kegiatan pertama untuk pengalokasian DBHCT itu, adalah penyediaan peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan.
Terdiri dari pengadaan enam unit alat kesehatan. Yakni lima unit untuk berangkat transfer pasien dan satu unit PACS (Picture Archiving and Communication System).
“Selain itu, juga untuk pembangunan perluasan UGD lantai 1 sampai dengan lantai 4.”
“Ini yang paling penting. Karena selama ini sering kita dengar, IGD (RSUD) Kanjuruhan kok penuh terus. ICU-nya juga penuh terus. Intinya, kita akan ada penambahan tempat tidur, agar bisa menampung lebih banyak pasien,” kata dr Nur Rochman, di RSUD Kanjuruhan, Senin (11/8/2025)

DEPUTI: Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSUD Kanjuruhan, Yudiono SKp Mkes., ketika memberikan keterangan seputar perluasan gedung IGD. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Dengan renovasi tersebut, jelasnya, yang sudah ada ditambah lagi di sebelahnya, sembari diperluas. Mulai ruangan Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), hingga Intensive Cardiology Care Unit (ICCU).
“Kalau sekarang jumlah tempat tidurnya ada 240 unit. Dengan peruasan ini diharapkan bisa menambah hingga 260 unit.
Meski sebenarnya jika didasarkan pada Permenkes RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010, tentang klasifikasi rumah sakit, jumlah tempat tidur di RSUD Kanjuruhan sudah memenuhi standar. Yakni minimal 200 tempat tidur.
Namun perluasan tersebut, juga dilakukan untuk unit stroker, perinatologi dan kamar bersalin. Sebagai pendukung untuk pengembangan RSUD Kanjuruhan, sebagai rumah sakit pengampu KJSU (Kanker, Jantung, Stroke dan Uronefrologi).
Termasuk juga diperlukan beberapa infrastruktur, fasilitas dan perlengkapan tambahan. Di antaranya Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), cathlab, ruangan operasi bedah jantung, ruangan rawat inap pasien bedah jantung, step-down unit, instalasi radiologi, pelayanan penunjang lainnya, stroke unit, hemodialisis dan urologi.
“Perluasan ini sudah dimulai sejak pertengahan 2025 kemarin. Anggarannya Rp17 miliar, dari alokasi DBMCHT yang diberikan kepada RSUD Kanjuruhan,” sebutnya.
Selain untuk perluasan gedung ICU, DBHCHT juga dipergunakan untuk pemeliharaan rehabilitasi dan pemeliharaan rumah sakit. Diantaranya adalah rehabilitasi Gedung Diponegoro.

PIMPINAN: Direktur RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, dr. Nur Rochmah, MMRS. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Kegiatan berikutnya, jelas mantan Direktur RSUD Lawang ini, untuk pemeliharaan rutin dan berkala alat kesehatan dan alat penunjang medik. Totalnya ada 51 peralatan canggih yang ada di RSUD Kanjuruhan.
“Kalau mau lebih detail lagi, diantara 51 unit tersebut ada X-Ray, Panoramic, USG, CT Scan, MRI, EKG, Anestesi Ventilator, Ventilator sendiri, Patient Electric, Mesin Autoclav, Mesin Low Temp dan Mesin Sterilika Roll,” jelasnya.
Pemeliharaan alat tersebut, kata dr Nur, sudah termasuk kalibrasi. Karena setiap tahun, setiap alat kesehatan harus di maintenance dan dikalibrasi. Agar peralatan tersebut tervalidasi dengan baik, karena sudah ada standar yang terkalibrasi.
“Jadi setiap setahun sekali, ada sertifikasi untuk kalibrasinya. Sehingga hasil yang dikeluarkan dari alat-alat ini pasti terjamin. Bersertifikasi karena ada kalibrasinya. Surat kalibrasi itu seperti sertifikasi dari alat,” ujarnya.
Sekalipun konsekuensi dari semua itu, biaya operasional peralatan canggih tersebut sangat besar. Apalagi dalam setahun, rata-rata empat kali harus di maintenance. Bahkan untuk 51 peralatan canggih tersebut, dialokasikan hingga Rp4,7 miliar.

KOMPAK: Direktur RSUD Kanjuruhan, bersama para pejabat di rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Malang. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Pihaknya lantas menyebut salah satu alat canggih yang saat ini sudah dimiliki RSUD Kanjuruhan. Yakni X-ray dan panoramic untuk memeriksa gigi, hingga terlihat angkanya sebelum diambil tindakan.
Kemudian CT Scan 128 slice. Ada juga MRI, EKG dan ventilator-ventilator lainnya. Yang semua alat canggih tersebut, dialokasikan melalui anggaran DBHCHT.
Selain memperluas layanan darurat, DBHCHT 2025 juga digunakan untuk pengadaan dua jenis peralatan medis. Yakni lima unit brankar transfer pasien dan satu unit Picture Archiving and Communication System (PACS), dengan total nilai Rp3,7 miliar.
PACS sendiri, menjadi investasi penting di bidang radiologi, karena mampu mempercepat pendistribusian data secara digital dengan hasil yang lebih akurat.
“PACS itu untuk radiologi, gunanya untuk pendistribusian data secara digital yang lebih cepat dan akurat,” jelasnya. (Diskominfo/Ra Indrata)