
MALANG POST – Meski hanya sekitar 40 persen wilayah yang bisa dialokasikan untuk investasi, geliat dunia usaha di Kota Batu terus dipacu lewat sederet terobosan. Salah satunya, percepatan proses perizinan yang kini diklaim makin transparan dan efisien.
Menurut Wali Kota Batu, Nurocchman, lahan sempit bukan halangan, justru jadi pemicu inovasi. Dibawah kepemimpinannya, Pemkot Batu tancap gas menciptakan iklim investasi yang ramah lingkungan sekaligus berkelanjutan.
“Kita harus jujur bahwa Kota Batu ini sebagian besar lahannya adalah kawasan pemukiman, pertanian dan sawah yang dilindungi. Jadi tidak semua bisa disentuh investasi. Tapi bukan berarti kami diam. Justru kami ingin mengarahkan investasi ke arah yang benar, ke sektor yang berkelanjutan,” paparnya, Kamis (7/8/2025).
Visi pembangunan berkelanjutan menjadi roh dari setiap kebijakan investasi di Kota Batu. Cak Nur menyebut, investasi yang masuk harus selaras dengan regulasi lingkungan, memperhatikan ruang terbuka hijau, hingga pengelolaan air hujan melalui sumur resapan.
“Kami tidak ingin ada investasi yang justru berisiko pada bencana di kemudian hari. Jangan sampai kita mendapat nilai investasi tinggi tapi merusak ekosistem. Makanya kami hati-hati betul soal arah pembangunan ini,” urainya.
Ia menegaskan, pembangunan tetap harus berdampak pada masyarakat luas. Termasuk dalam hal pengelolaan APBD. “Kalau investasinya tepat, maka pembiayaan APBD juga bisa lebih optimal untuk pelayanan masyarakat,” tambahnya.
Tak hanya itu, Pemkot Batu juga tak tinggal diam dalam memperbaiki sistem layanan perizinan. Persepsi publik yang selama ini menyebut perizinan di Kota Batu berbelit, ditepis dengan sederet langkah konkret.
Mulai dari penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak (DPP), penyempurnaan Standar Nilai (SN), hingga keterlibatan lebih dari satu konsultan untuk memastikan proses perizinan berlangsung transparan, efisien dan bebas dari praktik ‘kongkalikong’.
“Kita ingin semua tahu bahwa izin di Kota Batu sekarang tidak ribet. Tidak lagi satu konsultan, tidak satu pintu gelap, semua transparan. Ini yang membuat kepercayaan investor meningkat,” papar Cak Nur.
Buktinya, dalam kurun waktu setahun, investasi di Kota Batu melesat tajam hingga dua kali lipat. Dari semula Rp800 miliar pada kuartal II tahun 2024, melonjak menjadi Rp1,6 triliun di kuartal II tahun 2025.
Kenaikan ini, menurut Cak Nur, bukan semata soal angka, tapi tanda bahwa pendekatan yang dilakukan pemerintah melalui kemudahan perizinan dan komunikasi intensif dengan pelaku usaha berbuah hasil.
“Banyak lahan yang dulunya terbengkalai, sekarang hidup. Dijadikan tempat usaha yang produktif, yang menyerap tenaga kerja, yang mendatangkan nilai tambah,” urainya.
Meski demikian, Pemkot Batu tak mau kecolongan. Investasi yang masuk akan dipantau secara ketat selama 3 hingga 6 bulan pertama. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa janji-janji di atas kertas benar-benar direalisasikan di lapangan.
“Kita akan pastikan komitmen itu dijalankan. Jangan sampai hanya manis saat presentasi, tapi nihil aksi. Kalau ada pelanggaran, ya kita tindak. Tidak pandang bulu,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa semua pelaku usaha, baik besar maupun kecil, harus tunduk pada regulasi daerah. “Kami sangat paham semangat bisnis, tapi pengusaha juga harus paham posisi pemerintah dan tantangannya,” katanya.
Dengan regulasi yang makin jelas dan pengawasan yang diperketat, ia ingin menjadikan Kota Batu sebagai destinasi investasi unggulan yang tidak hanya untung secara ekonomi, tapi juga membawa dampak sosial dan lingkungan yang positif.
“Kalau kita bisa kelola dengan benar, Kota Batu bisa jadi percontohan nasional soal bagaimana membangun investasi yang hijau, adil dan berkelanjutan,” pungkasnya. (Ananto Wibowo)