
MALANG POST – Wali Kota Batu, Nurochman optimistis sektor pariwisata masih akan menjadi penggerak utama roda ekonomi di kota berjuluk Swiss kecil di Pulau Jawa ini. Tak tanggung-tanggung, Pemkot Batu membidik angka kunjungan wisatawan tembus 11,1 juta orang wisatawan hingga akhir 2025.
Target itu tidak sembarangan target, sebab disusun berdasarkan tren pergerakan wisatawan yang terus meningkat pascapandemi.
“Pariwisata menjadi salah satu andalan dalam menopang Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kontribusinya bahkan sudah mencapai 35 persen dari total PDRB Kota Batu tahun 2024,” ujar Cak Nur, Rabu (6/8/2025).
Jika dikalkulasi, angka itu setara sekitar Rp20,25 triliun. Angka yang cukup tinggi, mengingat Kota Batu bukan kota besar. Namun dengan kekuatan alam, ekonomi kreatif, serta kekayaan seni budayanya, Kota Batu menjelma menjadi magnet wisata yang tak pernah kehilangan pesona.
Cak Nur mencontohkan, hajatan besar seperti Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim IX lalu memberi dampak ekonomi yang signifikan. Hanya dalam tempo 17 hari pelaksanaan, kegiatan itu sukses menggerakkan roda ekonomi masyarakat dengan sumbangan tak kurang dari Rp8,3 miliar.
“Porprov menjadi bukti konkret bahwa sektor pariwisata dan event bisa menjadi mesin pertumbuhan, terutama bagi UMKM,” imbuhnya.

BERWISATA: Wisatawan dari berbagai daerah saat menikmati salah satu wana wisata yang ada di Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Tak mau hanya mengandalkan potensi alam semata, Pemkot Batu kini mengusung strategi baru bertajuk #KWBSafeTourism, lengkap dengan slogan yang cukup menggoda ‘Everyday is Holiday’. Sebuah pendekatan yang ingin menanamkan citra bahwa Kota Batu bukan hanya tempat liburan akhir pekan, tapi destinasi yang bisa dinikmati setiap hari.
“Konsep ini kami perkuat dengan pelibatan sektor ekonomi kreatif. Ada 17 subsektor dan 288 pelaku usaha ekonomi kreatif yang terus kami dorong. Termasuk pelaku seni budaya yang karyanya sudah diakui secara nasional,” papar Cak Nur.
Hingga saat ini, Kota Batu memiliki 47 destinasi wisata resmi. Terdiri dari 23 objek daya tarik wisata (ODTW) dan 24 desa/kelurahan wisata. Dari wisata petik apel, agrowisata edukatif, hingga wisata religi dan alam terbuka. Semua digarap secara kolaboratif dengan melibatkan unsur pentahelix meliputi akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah dan media.
Menurut Cak Nur, strategi pentahelix penting untuk memastikan pariwisata bukan hanya milik segelintir pihak. “Dengan dukungan teknologi dan promosi digital, desa wisata dan pelaku UMKM bisa lebih mudah menjangkau pasar yang lebih luas,” katanya.
Tahun ini, Pemkot memasang target besar 11,1 juta kunjungan wisatawan. Dengan asumsi rata-rata belanja wisatawan Rp2,1 juta per hari, total perputaran ekonomi yang ditarget bisa sangat signifikan. Bahkan, tingkat okupansi penginapan di Kota Batu sudah tembus 93 persen.
“Artinya, pariwisata bukan hanya jadi wajah kota, tapi sudah menjadi tulang punggung ekonomi warga. Kami ingin pertumbuhan ini merata, terutama di desa-desa wisata yang selama ini menjadi wajah terdepan Kota Batu,” tutupnya. (Ananto Wibowo)