
MALANG POST – Masa pembiasaan di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 14 Kota Batu terus bergulir. Sejak awal Agustus, 150 siswa baru dari berbagai daerah mengikuti kegiatan pra-pembelajaran yang fokus pada pembentukan karakter dan adaptasi lingkungan.
Namun, hingga pekan ini, dua siswa resmi mengundurkan diri. Sehingga menyisakan 148 peserta yang tetap bertahan di sekolah berasrama yang ada di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu itu.
Kepala SRMP 14 Kota Batu, Yuliana menyatakan, dinamika tersebut sebagai bagian wajar dari proses adaptasi awal. Terlebih, sekolah ini memang dikenal dengan pendekatan yang tidak biasa yakni tanpa gawai, jauh dari keluarga dan berbasis pelatihan karakter.
“Namanya masa pembiasaan, pasti ada naik turunnya. Anak-anak belajar menyesuaikan diri dengan sistem yang berbeda dan tentu ada yang merasa belum siap,” ujar Yuliana, Selasa (5/8/2025).
Dua siswa yang mundur diketahui berasal dari Pujon, Kabupaten Malang. Keduanya seorang laki-laki. Yuliana menjelaskan, bahwa keputusan tersebut murni berasal dari pihak orang tua setelah melalui proses pertimbangan matang.
“Awalnya mereka senang, tapi akhirnya rasa rindu pada keluarga lebih besar. Kami menghormati keputusan itu. Pengunduran diri juga sudah kami laporkan ke kementerian,” tambahnya.
SRMP Kota Batu saat ini tengah memasuki masa pra-pembelajaran, setelah menyelesaikan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada 31 Juli lalu. Masa pembiasaan ini berlangsung hingga menjelang pembelajaran formal yang dijadwalkan dimulai akhir Agustus, sesuai kalender dari Kementerian.
Selama masa pembiasaan, siswa tidak langsung diberi materi pelajaran inti, melainkan diperkenalkan secara bertahap pada dasar-dasar pembelajaran seperti matematika dasar dan Bahasa Indonesia dasar. Di samping itu, kegiatan life skill setiap hari Senin menjadi bagian penting untuk menanamkan nilai kemandirian, kedisiplinan dan kerja sama.
“Ini bukan sekadar adaptasi ruang kelas, tapi adaptasi terhadap nilai hidup. Anak-anak dilatih mengelola diri, waktu, bahkan emosi mereka,” ungkap Yuliana.

BELAJAR: Para siswa di SRMP 14 Kota Batu saat mengikuti pembelajaran. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
SRMP Kota Batu sendiri menjadi tempat belajar bagi 148 siswa tingkat SMP, termasuk tambahan siswa baru dari Kediri yang bergabung pekan lalu sebagai bagian dari perluasan kebijakan pendidikan alternatif dari pusat.
Konsep sekolah ini mengedepankan pendekatan community-based learning, tanpa tekanan akademik berlebih di awal dan memprioritaskan pembangunan karakter sebagai fondasi utama.
Masa pra-pembelajaran diharapkan menjadi pondasi kuat sebelum siswa memasuki materi pelajaran secara formal. Dengan dukungan guru dan pendekatan pembelajaran yang holistik, para siswa diharapkan tumbuh tak hanya cerdas secara akademis, tapi juga matang secara emosional dan sosial.
“Target kami bukan hanya mencetak siswa pintar, tapi juga tangguh, siap hidup, dan siap memberi kontribusi positif di lingkungannya masing-masing,” tegas Yuliana.
Salah satu siswa asal Gunungsari Kota Batu, Anisa Ulamiruroh mengaku, senang mengikuti rangkaian kegiatan. Ia menyebut banyak hal baru yang ia pelajari selama MPLS dan masa pembiasaan.
“Belajarnya beda. Kita dilatih untuk mandiri, disiplin dan kerja sama. Senang juga karena banyak teman dan guru-guru yang perhatian,” ungkap Anisa.
Selain suasana yang mendukung, ia juga mengaku puas dengan fasilitas sekolah. “Tempat tidur, makanannya, sampai kelasnya semua bagus. Kita merasa nyaman meski jauh dari rumah,” tutupnya. (Ananto Wibowo)