
SORTIR: Petani yang tergabung dalah Gapoktan Mitra Sejati saat mensortir sayuran sebelum dikirim ke hotel-hotel hingga kapal penumpang. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
MALANG POST – Kiprah petani lokal Kota Batu kembali mencuri perhatian. Kali ini datang dari Gapoktan Mitra Sejati, kelompok tani asal Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji yang berhasil menembus pangsa pasar nasional.
Tak hanya sukses membangun usaha agribisnis secara mandiri, Gapoktan ini kini menjadi pemasok tetap kebutuhan pertanian untuk armada kapal penumpang milik PT PELNI (Persero).
Lahir sebagai salah satu dari 24 Gapoktan binaan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu, Mitra Sejati terus menunjukkan konsistensi dan inovasi dalam mengembangkan sektor pertanian.
Kepala Distan-KP Kota Batu, Heru Yulianto menyatakan, kelompok tani ini tidak sekadar bertani, namun juga piawai dalam mengelola sistem pemasaran dan distribusi.
“Melalui unit usahanya, PT Karya Artha Sejati, mereka meluncurkan brand Among Tani Fresh yang kini dikenal luas di kalangan pelaku usaha perhotelan dan pariwisata,” kata Heru, Selasa (5/8/2025).
Produk-produk segar dari Pandanrejo itu rutin dikirim ke sejumlah hotel ternama. Mulai dari Pohon Inn dan Aston Inn di Kota Batu, hingga Atria dan Alana Hotel di Kota Malang. Namun, pencapaian paling prestisius justru terjadi awal tahun ini.
Pada Januari 2025, Gapoktan Mitra Sejati resmi menandatangani kerja sama dengan PT PELNI sebagai penyedia sayur dan buah segar untuk kapal-kapal penumpangnya.
“Dalam periode enam bulan terakhir, tak kurang dari 20 purchase order (PO) telah diterbitkan, dengan nilai transaksi bulanan yang tembus Rp10 juta hingga Rp20 juta. Total ada 85 jenis komoditas yang dipasok ke dapur-dapur apung milik BUMN pelat merah tersebut,” urainya.
Kesuksesan ini tidak datang secara instan. Tiga tahun terakhir, Gapoktan Mitra Sejati bekerja keras membenahi sistem administrasi dan legalitas usahanya.
Mereka kini telah mengantongi sertifikasi PSAT-PDUK untuk 51 jenis produk, sebuah syarat mutlak untuk bisa masuk ke jalur distribusi nasional dan memenuhi standar ketat seperti HACCP yang diterapkan PELNI.
Tak berhenti di situ. Kolaborasi antara petani, akademisi dan korporasi kini semakin menguat. Pada Agustus ini, PELNI bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya (LPPM UB) akan memberikan dukungan sarana dan prasarana produksi pertanian melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
“Dukungan tersebut meliputi satu unit cold storage untuk menjaga kesegaran hasil pertanian, serta dua unit rumah plastik sebagai fasilitas budidaya modern. Fasilitas ini diharapkan dapat menjaga stabilitas suplai produk ke kapal-kapal PELNI di masa mendatang, terutama untuk rute-rute panjang dan terpencil,” paparnya.
Tak hanya bantuan fisik, TJSL PELNI juga akan menggelar pelatihan peningkatan kapasitas SDM bagi para petani. Pelatihan ini mencakup teknik budidaya modern, manajemen hasil panen, hingga strategi pemasaran.
Menariknya, pelatihan ini akan dilaksanakan langsung di atas kapal PELNI, menjadikannya pengalaman belajar berbasis praktik yang langsung menyentuh realita rantai distribusi.
“Gapoktan Mitra Sejati sebagai role model pemberdayaan petani di era modern. Ini contoh nyata bagaimana kemandirian petani bisa dicapai melalui kolaborasi yang kuat dan terarah. Ada peran pemerintah, akademisi, juga BUMN yang bersinergi,” ujar Heru.
Menurutnya, keberhasilan Gapoktan Mitra Sejati menjadi bukti bahwa kelompok tani desa pun bisa melangkah lebih jauh. Dari Kota Batu mereka kini menyuplai kebutuhan dapur di tengah laut. Bukan hanya menghidupi lokal, tapi juga menyumbang pada rantai pasok nasional dengan standar mutu tinggi.
“Langkah Mitra Sejati ini menjadi penanda bahwa era baru pertanian telah tiba. Pertanian yang tak hanya bertumpu pada tanah, tapi juga berpijak pada inovasi, kemitraan dan keberanian menjawab tantangan zaman,” tutupnya. (Ananto Wibowo)