
MALANG POST – Ternyata saya bisa bahagia hanya dengan mengingat hal-hal baik di masa lalu. Hal itu dikatakan oleh salah seorang peserta acara Panduan Mindfulness Berbasis Sains yang dilaksanakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Kegiatan itu merupakan program yang diinisiasi mahasiswa UMM melalui kuliah kerja nyata (KKN) Berdampak pada 27 Juli 2025.
“Para lansia seringkali tidak mendapat perhatian, termasuk dalam aspek psikis. Maka panduan mindfullness berbasis sains ini diharapkan bisa membantu mereka untuk lebih menikmati hidup,” kata Zlatan Abil Ibrahim, koordinator kelompok.
Sebanyak 37 lansia dari Kelurahan Jombatan, Jombang berkumpul dengan antusias untuk mengikuti kegiatan itu. Acara ini merupakan salah satu program psikoedukasi dan training yang digagas oleh Kelompok 285 dari program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) – KKN Berdampak UMM.
Abil, sapaannya, menjelaskan bahwa program ini dirancang berdasarkan pemahaman akan fase perkembangan psikologis lansia, yang dikenal sebagai tahap integrity vs despair. Pada tahap ini, individu cenderung merefleksikan kembali perjalanan hidupnya.
“Fase tersebut penting untuk para lansia didampingi dalam hal regulasi emosinya. Karena apabila tidak mendapat dukungan yang tepat, maka berisiko memunculkan kecemasan yang tentu akan berdampak pada kesehatan mereka secara menyeluruh,” katanya.
Para peserta tidak hanya dibekali teori, tetapi juga diajak terlibat langsung dalam praktik tiga teknik utama mindfulness (kesadaran penuh). Mereka menjalani Mindful Breathing, yaitu latihan pernapasan sadar untuk menenangkan pikiran dan tubuh.

Teknik ini menggunakan sistem pernapasan diafragm (perut). Selanjutnya, Mindful Reminiscence atau sesi refleksi positif melalui berbagi kenangan yang membangkitkan rasa syukur. Para peserta masing-masing diminta untuk menyebutkan hal sederhana apa saja yang sudah mereka syukuri hari ini.
Terakhir adalah Mindful Eating, yaitu teknik menikmati makanan dengan kesadaran penuh agar setiap momen makan menjadi pengalaman yang lebih bermakna. Teknik ini dilakukan dengan sesi makan bolu bersama-sama.
Inisiatif ini juga disambut hangat oleh Ketua Lingkungan Geneng, Imam. Ia berharap kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi antar generasi.
“Adanya kegiatan ini dapat menjadi wadah untuk teman-teman lansia dan mahasiswa saling bertukar ilmu dan pengalaman,” ujarnya.
Bagi para peserta, program ini terasa lebih dari sekadar pelatihan. Mereka mengakuinya sebagai ajang nostalgia, sekaligus kesempatan untuk bertemu kembali dan mempererat silaturahmi dengan kawan-kawan sebaya.
Salah satu peserta bahkan menyebut kegiatan ini sebagai pengingat hidup masih bisa dinikmati dengan cara sederhana.
Lebih dari sekadar satu program, inisiatif ini menjadi bukti bahwa pengabdian yang tulus mampu menciptakan dampak positif yang mendalam mempererat ikatan sosial, menebar kebahagiaan, dan memperkuat solidaritas lintas generasi.
Ke depannya, rangkaian kegiatan masih akan berlanjut, termasuk psikoedukasi parenting digital, pelatihan Distress Tolerance dan Emotion Regulation untuk orang tua, serta pembentukan karakter anak melalui pendekatan psikologi bermain. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)