
MALANG POST – Kejuaraan Dunia II Tapak Suci, resmi berlangsung pada 31–3 Agustus 2025 di Samanta Krida dan GOR Pertamina UB.
Kejuaraan ini menjadi perhelatan internasional kedua yang digelar oleh perguruan silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Tak hanya sekadar ajang kompetisi, kejuaraan ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan hari lahir Tapak Suci yang ke-62 tahun, yang jatuh pada 31 Juli.
Negara-negara peserta datang dari berbagai benua, termasuk Palestina, Thailand, Malaysia, Singapura, Kazakhstan, Uzbekistan, Aljazair, Mesir, Suriah, Belanda, Prancis, Jerman, Australia, Irak, Taiwan, Timor Leste, Nigeria, Mozambik, Pakistan, Etiopia, Uganda, Yaman dan Republik Chad.
Indonesia sebagai tuan rumah tentu menjadi peserta dengan kontingen terbanyak, termasuk 15 mahasiswa dari UB sendiri. Mereka bersaing dalam tiga kategori utama, yakni seni, olahraga dan jurus.
Ketua Pimpinan Pusat Tapak Suci, Afnan Hadikusumo, mengatakan. Bahwa dibandingkan edisi pertama, penyelenggaraan tahun ini mengalami peningkatan signifikan dari sisi jumlah peserta maupun partisipasi negara.
“Target awal kami hanya 500 peserta, tetapi ternyata antusiasmenya tinggi. Peserta membludak hingga lebih dari 700 orang dari 20 negara.”
“Ini mencerminkan semangat luar biasa dari para pesilat internasional,” ujarnya
Menurut Afnan, Tapak Suci terus berkomitmen menjaring dan mencetak atlet berbakat. Setiap tahunnya, mereka menggelar setidaknya tiga kejuaraan tingkat nasional dan internasional.
Sebagai jalur seleksi menuju pelatnas dan ajang internasional lain dengan harapan mencari bakat yang terbaik.
Sementara itu, Panitia Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2, Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati MS IPU ASEAN Eng, yang juga Ketua Pimpinan Wilayah II Tapak Suci Jawa Timur, menyampaikan.
Bahwa kejuaraan ini bukan hanya ajang olahraga, tetapi juga misi kebudayaan dan diplomasi internasional.
“Tujuan dari World Championship ini adalah untuk pengembangan budaya serta filosofi Indonesia ke luar. Kemudian, kami ingin Pencak Silat dalam pengertian yang sebenarnya, bukan hanya Tapak Suci, itu bisa diterima di Olimpiade,” ungkapnya.
Menurutnya, jika Pencak Silat diterima di olimpiade, maka eksistensi Tapak Suci akan makin diperhitungkan.
“IPSI itu ‘kan terdiri dari berbagai perguruan. Kami berharap perguruan-perguruan lain juga membahas Tapak Suci. Kalau nanti bisa masuk olimpiade, pasti besar,” imbuhnya.
Sementara itu, Rektor UB, Prof. Widodo menegaskan bahwa Universitas Brawijaya (UB) terus menegaskan sebagai kampus internasional. Salah satu komitmen itu, dengan menjadi tuan rumah ini.
“Kami ingin budaya dan peradaban Indonesia ikut mewarnai peradaban dunia. Kearifan lokal seperti Pencak silat dan Tapak Suci punya nilai universal,” terangnya.
Selain itu, kejuaraan ini juga sejalan dengan program UB bertajuk Globalize UB. Yang ditujukan untuk memperkuat posisi kampus di ranah internasional melalui pengenalan budaya serta kerja sama lintas negara. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)