
MALANG POST – Ketergantungan peternak Indonesia terhadap pakan kimia dan antibiotik sintetis tak hanya berisiko bagi kesehatan hewan, tetapi juga berdampak pada konsumen. Residu kimia dalam produk ternak telah lama menjadi isu tersembunyi dalam sistem pangan nasional.
Hal tersebut mendorong sekelompok mahasiswa Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggagas inovasi bernama Nutri Jamu—pakan herbal berbentuk pelet yang menyasar ruminansia seperti sapi dan kambing.
Nutri Jamu memanfaatkan bahan lokal seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan daun pepaya (Carica papaya). Keduanya dikenal memiliki sifat antimikroba, antiinflamasi, serta mampu meningkatkan nafsu makan dan kekebalan tubuh ternak.
Inovasi ini juga menjadi kritik terhadap dominasi industri pakan besar yang kerap meminggirkan peternak kecil.
“Nutri Jamu bukan sekadar formula teknis, tapi juga bentuk keberpihakan. Kami ingin peternak punya alternatif sehat dan murah, tanpa tergantung pada pakan pabrikan yang harganya kian melambung,” ujar Oka Saputra sebagai ketua tim.
Dari sisi kandungan, formulasi Nutri Jamu terdiri atas 5–10% temulawak dan 10–15% daun pepaya, dikombinasikan dengan bahan konvensional seperti jagung, dedak, dan konsentrat.
Bentuknya yang berupa pelet membuatnya praktis, mudah disimpan, serta tahan lama tanpa pengawet, dengan kadar air maksimal 12%.
Proses pembuatannya juga tergolong sederhana dan dapat direplikasi. Bahan-bahan lokal dikeringkan, digiling, dan dicampur sesuai kebutuhan nutrisi ternak. Setelah itu dikukus dan dicetak menggunakan mesin pelletizer. Hasil akhirnya adalah pelet padat dan higienis yang bisa disimpan hingga tiga bulan.
“Salah satu keunggulan proses ini adalah kemudahan standarisasi di tingkat peternak. Selama ini peternak kecil kesulitan membuat pakan dengan takaran nutrisi yang pas karena dicampur manual. Nutri Jamu menyederhanakan itu semua,” jelas Oka.
Lebih jauh, Nutri Jamu tak hanya fokus pada efisiensi pakan, tapi juga menawarkan solusi terhadap resistensi antibiotik dan kontaminasi residu. Karena konsumen sekarang makin peduli dengan isu keamanan pangan. Jadi penting bagi peternak untuk beralih ke pakan sehat seperti ini.
“Saat ini, Nutri Jamu masih dalam tahap uji coba terbatas di peternakan mitra di Jawa Timur. Tim pengembang tengah memvalidasi dampaknya terhadap performa ternak sebelum nantinya dijual secara luas, lengkap dengan pelatihan teknis bagi peternak,” terang Oka.
Ia berharap Nutri Jamu bisa jadi model pakan nasional berbasis herbal yang memanfaatkan kekayaan biodiversitas Indonesia. Sedangkan temulawak dan daun pepaya bisa diolah, jadi tidak harus impor suplemen sintetis dari luar negeri.
Inovasi ini membuktikan bahwa solusi atas persoalan sistem pangan tidak harus datang dari industri besar. Dari tangan mahasiswa, gagasan yang berpihak pada lingkungan dan peternak kecil bisa menjadi motor kedaulatan pangan yang lebih adil dan berkelanjutan. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)