
Tangkapan layar saat dr Millah Shofiah, M.Biomed menjadi narasumber podcast di sebuah radio di Kota Malang. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Beberapa hari terakhir, sejumlah warga mengeluh suhu udara di Malang terasa lebih dingin daripada biasanya. Terutama pada malam hingga pagi hari.
Ya, hal di atas karena Malang Raya memasuki musim kemarau dan bediding. Kondisi ini menyebabkan suhu pada malam dan pagi hari sangat dingin. Sedangkan cuaca pada siang hari tergolong sejuk meski matahari bersinar terik.
Melansir laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Juanda, suhu udara mencapai 15 derajat Celsius pada akhir Juni kemarin.
Disatu sisi, di tengah perubahan cuaca ekstrem ini, penting bagi orang tua (ortu) untuk memastikan anak-anak mendapatkan perlindungan kesehatan yang optimal, salah satunya melalui imunisasi.
Hal tersebut disampaikan oleh dr Millah Shofiah, M.Biomed., dokter umum di Rumah Sakit Islam (RSI) Unisma Malang, dalam perbincangan dalam sebuah podcast.
Ia mengungkapkan bahwa memang cuaca saat ini memang masih terasa, tentunya ini berpotensi memicu penurunan daya tahan tubuh jika tidak diantisipasi.
“Kalau soal imunitas anak-anak, sebenarnya bukan tidak sempurna. Allah menciptakan semuanya sempurna, tapi sesuai dengan tahap usianya.”
“Sistem imun anak-anak lebih mengandalkan imunitas bawaan (innate), sementara orang dewasa sudah memiliki imunitas adaptif yang lebih matang karena sudah banyak mengenal virus,” jelas dr. Millah.
Menurut dr. Milah, perbedaan sistem imun antara anak dan orang dewasa menjadikan imunisasi sebagai langkah preventif yang sangat penting.
Imunisasi seperti polio dan influenza terbukti efektif dalam membangun perlindungan tubuh anak dari berbagai ancaman penyakit yang lebih mudah berkembang di musim dingin.
“Sel T anak-anak itu sangat aktif. Makanya ketika mereka diberikan imunisasi, respons tubuhnya akan sangat baik. Ini cara kita memperkuat pertahanan mereka sejak dini,” ungkapnya.
Selain imunisasi, ia juga mendorong agar orang tua tidak ragu untuk memanfaatkan layanan kesehatan terdekat seperti puskesmas, posyandu, dan klinik, yang menurutnya sudah cukup memadai untuk penanganan awal.
Namun, dr. Millah tetap menekankan pentingnya membawa anak langsung ke dokter apabila muncul gejala sakit.
“Kalau bisa, anak dibawa ke dokter ya. Bukan berarti tenaga kesehatan lain tidak mampu, tapi anak itu sangat rentan, termasuk dalam hal dosis obat. Jadi penanganan medis oleh dokter sangat disarankan,” ujarnya.
Dengan kondisi cuaca ekstrem ini menjadi pengingat bagi para orang tua untuk bersikap lebih aktif dalam menjaga kesehatan buah hati mereka.
“Mari jadi orang tua yang proaktif, bukan reaktif. Jangan tunggu anak sakit baru bertindak. Justru konsultasi lebih awal sangat penting agar kita tahu bagaimana menjaga anak tetap prima,” kata dr. Millah memberi pesan.
Ia menambahkan, orang tua sebenarnya adalah sosok yang paling mengenal kondisi anak-anak mereka. Karena itu, keterlibatan aktif orang tua dalam upaya menjaga kesehatan keluarga harus menjadi prioritas utama.
“Tidak perlu menunggu gejala berat. Kadang hal sederhana seperti kelelahan atau kurang tidur sudah cukup menurunkan daya tahan tubuh anak. Kita harus lebih peka dan tanggap,” pesannya.
Menutup penyampaiannya, dr. Millah menyampaikan harapannya agar para orang tua bisa semakin peduli dan waspada dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini.
Imunisasi dan perhatian dini terhadap kesehatan anak bukan hanya langkah pencegahan, tapi juga bentuk cinta dan tanggung jawab orang tua terhadap masa depan anak-anak.
“Semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi tambahan wawasan kita semua, khususnya para orangtua. Mari jaga anak-anak kita agar tetap sehat dan kuat menghadapi cuaca ekstrem ini,” tutupnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)