
MALANG POST – Ketika berangkat ngantor ke Balaikota Malang dari Rumah Dinas di Jalan Ijen, Senin (28/7/2025), Walikota Malang, Wahyu Hidayat, mampir terlebih dulu ke Gedung Perpustakaan Kota Malang. Apakah Walikota Wahyu ingin membaca buku atau ada agenda yang lain?
Ternyata Walikota Wahyu mampir untuk ‘sidak’. Tepatnya, Walikota Wahyu ingin melihat dari dekat kondisi perpustakaan yang berada di Jalan Ijen Boulevard itu untuk dioptimalkan kebermanfaatannya.
“Jadi kita tadi bukan sidak. Kebetulan saya lewat situ.Saya mampir. Karena banyak yang masuk di DM-DM (direct messege) saya, dan medsos saya terkait dengan perpustakaan.”
“Dan saya lihat dan saya sempat wawancara dengan pengunjung yang datang, memang kesan dari perpustakaan ini kelihatan kantor. Jadi orang mau masuk ini masih mikir karena kelihatan kantor” ujar Walikota Wahyu.
Kepada sejumlah pengunjung, Wahyu melontarkan pertanyaan bagaimana kalau suasana dan modelnya dibikin seperti mal. Jawaban mereka, setuju sekali jika dibikin seperti mal. Karena tidak ada sekat. Mereka datang ke perpustakaan bukan seperti di kantor.
Kemudian persoalan yang kedua, ungkap Wahyu, jam buka perpustakaan seperti jam kerja Kantor. “Karena itu, saya minta nanti seperti daerah-daerah lain, yaitu mulai jam 08.00 pagi sampai jam 09.00 malam,” paparnya.
Selama ini mereka datang rata-rata lebih jam 13.00 WIB. Dan ketika mereka datang, perpustakaslan sudah tutup.

Walikota Malang, Wahyu Hidayat, meninjau sejumlah ruangan Perpustakaan Kota Malang guna dioptimalkan manfaatnya. (Foto: Prokopim Setda Kota Malang)
Persoalan yang ketiga, gedung perpustakaan itu berlatarkan Jalan Ijen Boulevard. Setiap hari minggu di kawasan itu ada car free day (CFD), tetapi perpustakaan tutup.
“Pada saat car free day harusnya kan juga harus bisa melayani, agar perpustakaan itu bisa memberi manfaat untuk masyarakat,” kata Wahyu.
Wahyu tak hanya melihat dari luar gedung, melainkan juga melihat ruang-ruang di dalam gedung, mulai lantai 1 hingga lantai 3. Wahyu juga mengamati para pengunjung yang sedang membaca buku koleksi perpustakaan itu.
“Saat saya lihat di dalam, banyak sebenarnya mereka yang membaca pandangannya ke Jl Ijen Boulevard. Nah, ternyata banyak view yang bagus,” ujarnya.
Menurut Wahyu, saat ini kondisi perpustakaan belum tertata dengan baik. “Nanti saya harapkan perpustakaan jadi tempat yang strategis. Orang yang datang ke sana nyaman dan kerasan karena mereka bisa melihat keindahan Ijen Boulevard. Di depannya persis museum,” kata Wahyu.
Karena itu, nanti akan kita tata ulang. Agar mereka lebih kerasan untuk datang.
Dari jumlah koleksi buku, jenis- jenisnya, dan dari berbagai macam, tidak hanya buku saja, ungkap Wahyu, semua sudah lengkap dan bagus. Mulai yang
berhuruf braille, majalah-majalah, sampai referensi hingga buku-buku lama, ada di perpustakaan itu.
Buku-buku koleksi Perpustakaan Kota Malang sudah banyak yang dilakukan digitalisasi. Ditanya terkait ini, apakah kalau ada buku koleksi baru perlu di-share kepada para member? Menurut Wahyu,
salah satunya memang harus ada sosialisasi. Kareha tidak banyak yang mengetahui apa kelebihan dari perpustakaan itu.
“Sampaikan ke masyarakat. Kota Malang ini Kota Pendidikan. Karena itu, sayang kalau perpustakaan itu tidak kita manfaatkan dengan baik,” papar Wahyu.
Ditanya akankah perlu ada kafe untuk nongkrong anak muda sambil baca, Wahyu menyatakan pelengkap seperti itu memang perlu. “Sudah kita rencanakan. Apalagi tempatnya itu bagus dan di pinggir jalan besar Ijen.”
Tetapi bukan kafe umum. Kafe penunjang perpustakaan agar mereka juga lebih nyaman dan kerasan. Terlebih coworking space yang kini diinginkan anak-anak muda.
Ini sejalan dengan Kota Malang sebagai Kota Ekonomi Kreatif (Ekraf). Sejalan dengan program Ngalam Pinter, penunjang 1.000 event. “Dari perpustakaan ini sebetulnya banyak hal yang kita peroleh, jika kita mampu memanfaatkannya dengan baik,” pungkas Wahyu. (Eka Nurcahyo)