
MALANG POST – Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUB-RSSA Malang, Dr. dr. Nanda Wahyu Anandita SpM(K), saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, menyebutkan, kasus rabun jauh atau miopi pada anak terus meningkat.
“Penyebab utamanya adalah faktor genetik dan gaya hidup. Terutama durasi penggunaan gadget yang tinggi,” kata dr. Nanda.
Meski sekarang juga sudah banyak yang menggunakan kacamata anti-radiasi, tambahnya, hal itu tidak cukup melindungi jika durasi screen time tidak dikendalikan.
Tanda-tanda rabun jauh pada anak, jelasnya, bisa dikenali dari kebiasaan memicingkan mata, mendekat saat melihat objek, sering berkedip atau menggosok mata karena pandangan buram.
“Tentunya kondisi tersebut, turut mempengaruhi konsentrasi belajar anak-anak di sekolah,” katanya.
Selain rabun jauh, dr. Nanda juga menyebut masalah lain yang bisa muncul adalah mata kering dan gangguan tidur, akibat terganggunya hormon melatonin.
Sementara itu, Wakil Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang, Dr. Nur Eva, yang juga menjadi narasumber talkshow bertema: “Gadget vs Mata Anak: Rabun Jauh Pada Anak Terus Meningkat”, menyoroti meningkatnya kasus rabun jauh, tak hanya dari sisi medis, tapi juga psikologis.
Dari sisi psikologi, ujarnya, penggunaan gadget berlebihan pada anak banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Terutama pola pengasuhan orang tua.
“Saat orang tua sibuk dan anak rewel, sering kali gawai dijadikan solusi instan untuk menenangkan. Tanpa pengawasan atau tujuan jelas.”
“Kebiasaan ini tidak hanya memicu rabun jauh, tapi juga berdampak pada tumbuh kembang dan risiko gangguan perilaku,” katanya.
Karena itu, sebut Dr. Nur Eva, literasi digital sangat penting. Bukan hanya untuk anak, tapi juga untuk orang tua.
Pengaturan penggunaan gadget yang sehat dan pengelolaan emosi dalam mendampingi anak, menjadi kunci dalam mencegah ketergantungan. Sekaligus menjaga kesehatan mata dan mental anak. (Nurul Fitriani/Ra Indrata)