
SUCCESS STORY: Dari kiri, Etsa Astridya Setiyati, Audio Valentino Himawan Marhendra, Kun Sentawan, Bintang Putra Anugerah dan Akbar Naufaldy di Kampus Binus University. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Universitas Bina Nusantara (Binus University) Malang, menggelar Entrepreneurial Odyssey. Sebuah even untuk memberikan gambaran atau pengenalan terhadap tantangan, yang dihadapi oleh entrepreneur atau wirausaha, dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya.
Pengenalan entrepreneurship itu, diberikan kepada masyarakat umum. Utamanya pada siswa SMA dan sederajat, beserta orang tua. Agar mereka bisa menjadi calon wirausahawan muda yang tangguh.
Dihadapan wartawan di Kampus Binus University Malang, Jumat (25/7/2025) siang, Kepala Program Studi Entrepreneurship Business Creation, Etsa Astridya Setiyati, SE., PGDIPLBUS, M.Com. menyebut, Entrepreneurial Odyssey, tidak sekadar memberikan gambaran proses perkulihanan di kampus swasta terbaik di Indonesia.
“Tapi juga kesempatan untuk memperkenalkan karya dan proses yang dijalani mahasiswa secara langsung.”
“Termasuk mengenalkan apa itu entrepreneur dan business creation. Belajarnya apa saja dan prosesnya bagaimana,” jelas alumni Curtin University of Technologi ini.
Program tersebut, imbuhnya, dijalankan dua minggu penuh. Termasuk trial class, workshop dan product exhibition dari program mahasiswa, yang sedang menempuh enrichment track entreprenuership.
Program studi Entrepreneurship Business Creation, jelasnya, sudah terakreditasi Internasional dari Assosiation to Advance Collegiate School of Business (AACSB). Yang sebelumnya hanya dimiliki kampus besar seperti ITB, UI dan UGM. Bahkan Binus University menjadi satu-satunya kampus swasta yang bisa meraihnya.

WIRAUSAHA: Kepala Program Studi Entrepreneurship Business Creation, Etsa Astridya Setiyati, SE., PGDIPLBUS, M.Com., saat menjelaskan seputar Entrepreneurial Odyssey. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Bisnis Advisor Prodi Entrepreneurship Business Creation Binus University, Audio Valentino Himawan Marhendra, S.AB., M.AB., menambahkan, pendampingan kepada mahasiswa tidak sebatas pada enrichment atau mata kuliah kewirausahaan saja.
Sejak awal masuk kuliah, mahasiswa sudah didampingi coach atau mentor bersertifikat dan profesional di bidangnya. Meliputi semua aspek bisnis. Seperti manajemen, keuangan, pemasaran hingga sumber daya manusia (SDM).
“Itu kami lakukan sebagai bentuk keseriusan Binus Unitersity untuk mencetak entrepreneur muda, agar mampu bersaing di dunia profesional di era yang penuh tantangan ini,” ujar Dio, panggilan akrabnya.
Guna memberikan gambaran success story, Binus University menghadirkan tiga alumninya. Yang sukses membangun usaha dengan dukungan dari kampus. Meski mereka sudah lulus dari kampus yang berkantor pusat di Jakarta ini.
Mereka adalah Bintang Putra Anugerah (Owner Brilla Futura), Kun Sentanawan (Owner Wiska Company) dan Akbar Naufaldy yang saat ini bergabung dengan Canva Creator.
Bintang menjelaskan, bisnis yang dijalani saat ini bergerak dibidang event organizer (EO), sewa peralatan serta MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions). Bahkan saat ini mulai mengembangkan wedding organizer (WO), dengan mentor dari Binus.
“Bahkan EO kami sudah berskala nasional. Setelah kami bangun mulai 2018, saat ini sudah banyak proyek besar kami ambil.”
“Kami pernah diberi kepercayaan Presiden Jokowi menangani Hari Santri Nasional. Lalu dari project susu Zee, kami bisa meraih omzet hingga Rp2,5 miliar,” tandasnya.

USAHA: Audio Valentino Himawan Marhendra, bersama-sama mahasiswa Binus University yang membuka stand makanan ringan dalam even Entrepreneurial Odyssey. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Sedangkan Kun Sentawan, mengembangkan Wiska Company sejak 2014 silam di bidang produksi tas anak muda yang memiliki usaha clothing line, instansi hingga merchandise band dan komunitas. Ketika itu, Kun masih siswa SMA.
“Saat ini kami sudah punya puluhan karyawan. Bersama mereka, kami memilih bisnis tas anak muda, karena jarang ada yang menekuni usaha ini. Selain dari sisi pembuatan, ada keunikannya,” jelasnya.
Agar mampu bertahan dan semakin berkembang, Kun menyebut terus melakukan riset yang unik mengenai bisnis busana. Termasuk belajar banyak dari complain para pelanggan.
“Dulu saya pikir apa yang sudah saya jalankan, adalah sebuah bisnis. Tapi ternyata baru sebatas berdagang saja.”
“Saat saya kuliah di Binus University, saya baru belajar membangun sistem manajerial, SOP dan KPI. Karenanya, saat ini bisnis saya sudah bisa semi-autopilot,” ucap Kun.
Jika Bintang dan Kun, membangun bisnis dengan menjadi pemilik, Akbar Naufaldy membangun bisnisnya bersama platform desain digital, Canva.
Akbar memanfaatkan peluang di platform Canva, dengan menjual produk digital. Misalnya template presentasi, desain, hingga feed sosial media.
“Wah, dulu selalu diremehkan. Katanya, desainer kok pakai Canva.”
“Tapi saya justru melihat ada peluang besar di situ. Hingga saya mulai bisnis dengan membuat produk digital. Ternyata justru banyak diminati pasar global,” kata Naufal.
Diakuinya, dukungan dari mentor di perkuliahan dalam bentuk coaching, diskusi bersama dan mentoring dari Binus University Malang, sangat membantu mematangkan strategi bisnisnya.
“Peran dosen di Binus University tak sekadar urusan akademik saja. Mereka banyak memberikan wisdom dalam menyeimbangkan idealis dan kepemimpinan bisnis.”
“Karena itulah, saya mengerti bisnis itu bukan sekadar omzet. Tapi juga leadership dan sistem,” tandasnya. (Ra Indrata)