
MALANG POST- Gunung Bromo kembali memamerkan pesonanya di musim kemarau ini. Hampir sepanjang bulan Juni ini, fenomena embun es atau yang dikenal dengan sebutan “upas” mulai menyelimuti lautan pasir dan padang savana Tengger, Dusun Cemoro Lawang, Kabupaten Probolinggo.
Lapisan kristal es yang membalut pasir dan dedaunan menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan dan fotografer alam.
Suhu ekstrem yang menyentuh 5 derajat Celsius membuat embun di kawasan ini membeku, menciptakan hamparan putih menyerupai salju di pegunungan Eropa.
Tak ingin melewatkan momen langka ini, wisatawan dari berbagai daerah rela bermalam di homestay sekitar Cemoro Lawang untuk mengabadikan keindahan bunga es Bromo.
Para wisatawan berbondong-bondong menuju lokasi setelah menikmati matahari terbit demi mengabadikan momen langka tersebut. Tak sedikit yang sengaja menginap di homestay sekitar Cemoro Lawang agar tidak melewatkan waktu terbaik saat bunga es mulai tampak menjelang fajar.
Menurut Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS, Septi Eka Wardhani, embun beku—atau dikenal juga sebagai embun upas muncul saat suhu udara di kawasan Bromo mencapai titik ekstrem, bahkan bisa turun hingga O derajat Celcius pada dini hari.
“Fenomena ini terjadi di beberapa titik seperti Laut Pasir, sekitar Savana Pengor, Lembah Savana Watangan, juga di sekitar Ranu Pane, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, hingga Oro-oro Ombo,” ungkap Septi, Kamis (24/7/2025).
Embun beku biasanya terjadi di puncak musim kemarau, terutama di bulan Juli dan Agustus, ketika udara sangat kering dan dingin akibat pengaruh angin muson timur. Embun yang terbentuk di pagi buta akan membeku, membentuk lapisan putih menyerupai es yang menyelimuti dedaunan, rerumputan, dan permukaan tanah.

Fenomena ini tidak hanya menambah daya tarik visual kawasan Bromo, tetapi juga menghadirkan sensasi berbeda bagi para pendaki dan wisatawan yang datang. Banyak pengunjung rela datang sejak subuh demi menyaksikan langsung dan mengabadikan keindahan alam yang jarang ditemui di daerah tropis seperti Indonesia.
“Embun ini akan mencair kembali ketika matahari terbit, jadi momen terbaik menikmatinya adalah sekitar pukul 04.00 hingga 06.00 pagi,” tambahnya.
Bagi masyarakat sekitar, embun beku bukan sekadar peristiwa alam biasa. Timbul, warga Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, menyebut bahwa momen ini selalu menjadi magnet bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
“Kalau sudah ada embun beku, jalanan mulai ramai. Banyak tamu datang pagi-pagi sekali, bahkan dari luar negeri juga ada. Mereka penasaran ingin lihat sendiri embun yang seperti salju itu,” ujarnya.
Bagi masyarakat sekitar, embun beku bukan sekadar peristiwa alam biasa. Timbul, warga Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, menyebut bahwa momen ini selalu menjadi magnet bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
“Kalau sudah ada embun beku, jalanan mulai ramai. Banyak tamu datang pagi-pagi sekali, bahkan dari luar negeri juga ada. Mereka penasaran ingin lihat sendiri embun yang seperti salju itu,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ojin Abdillah, pelaku usaha makanan di kawasan Tosari. Ia mengaku fenomena ini membawa berkah bagi pelaku UMKM lokal.
“Kalau ada embun beku, warung saya jadi lebih ramai. Orang-orang kedinginan, jadi cari makanan hangat seperti mi instan, kopi atau jahe dan alhamdulillah warung-warung pasti rame,” bebernya
Sementara TNBTS pun mengimbau para pengunjung untuk mempersiapkan diri menghadapi suhu ekstrem. Seperti membawa jaket tebal, sarung tangan dan pelindung kepala agar tetap nyaman selama berada di kawasan Bromo.
“Pengunjung diimbau mempersiapkan pakaian jika ingin berkunjung di saat fenomena itu terjadi,” tutup Septi. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)