
MALANG POST – Pemkot Batu melalui Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) terus menggeber program bedah rumah bagi warga kurang mampu. Sepanjang semester pertama tahun 2025, sebanyak 64 unit rumah tidak layak huni (rutilahu) berhasil direnovasi.
Namun, jumlah itu baru mengisi 42 persen dari total target 152 rumah yang ditetapkan sepanjang tahun ini. Untuk menyelesaikan seluruh target, Disperkim mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4,56 miliar dari APBD. Setiap rumah mendapatkan kucuran dana bantuan sebesar Rp30 juta.
Kepala Disperkim Kota Batu, Arief As Siddiq menyatakan, bahwa hingga kini pihaknya telah menerima 103 proposal pengajuan bantuan. Sayangnya, tak semua bisa diloloskan.
“Dari 103 usulan, ada 39 yang tidak memenuhi kriteria rutilahu. Sehingga tidak bisa kami proses untuk renovasi,” ujar Arief, Rabu (23/7/2025).
Bukan tanpa alasan. Menurut Arief, program ini memang memiliki sejumlah syarat yang harus dipenuhi dengan ketat. Ada empat kriteria utama. Pertama, status kepemilikan tanah harus jelas dan sah. Kedua, penerima bantuan wajib berdomisili sebagai warga asli Kota Batu.
Ketiga, masuk dalam kategori prasejahtera, yang dibuktikan melalui Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Terakhir, belum pernah menerima bantuan serupa dari pemerintah sebelumnya.
“Kalau satu saja tidak terpenuhi, maka otomatis gugur,” tegsnya.
Untuk menyiasati belum terpenuhinya kuota bantuan, Disperkim kini sedang melakukan verifikasi ulang terhadap data pengajuan. Proses itu melibatkan data yang berasal dari DPRD Kota Batu serta pemerintah desa dan kelurahan. Harapannya, kuota sebanyak 88 rumah yang tersisa di semester II bisa diserap maksimal.

BEDAH RUMAH: Wali Kota Batu, Nurochman saat melakukan kunjungan ke kediaman salah satu penerima manfaat program bedah rumah dari Pemkot Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Arief memastikan, bantuan tersebut akan dicairkan dalam dua termin, agar proses pembangunan bisa berlangsung lebih cepat dan terkontrol. Tahun lalu, Disperkim berhasil menyelesaikan renovasi terhadap 99 rutilahu. Artinya, capaian tahun ini harus lebih agresif dari tahun sebelumnya.
“Targetnya selesai dalam satu hingga tiga bulan per rumah. Kami bekerja sama dengan masyarakat dan didukung sejumlah donatur lokal untuk mempercepat proses pembangunan. Semangat gotong royong jadi kunci,” katanya.
Upaya ini, lanjutnya, sejalan dengan misi Pemkot Batu dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Terbukti, dari data statistik terbaru, angka kemiskinan di Kota Batu menurun dari 3,79 persen pada 2023 menjadi 3,31 persen di tahun 2024.
“Ini bukti nyata. Bedah rumah bukan sekadar proyek pembangunan fisik, tapi bagian dari strategi pengentasan kemiskinan yang lebih holistik,” jelasnya.
Arief menambahkan, rumah yang layak tak hanya memberikan kenyamanan tempat tinggal, tapi juga berpengaruh besar pada kesehatan dan produktivitas penghuninya.
“Dengan tempat tinggal yang sehat, warga akan lebih sejahtera. Anak-anak bisa belajar dengan tenang, orang tua lebih nyaman menjalani aktivitas sehari-hari. Namun yang terpenting, rumah sehat mendukung kehidupan yang lebih baik,” imbuhnya.
Setiap unit rumah yang direnovasi akan mengalami pembaruan total mulai dari atap, lantai, dinding, hingga fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK). Program ini tak sekadar memberikan bantuan keuangan, tapi juga memastikan standar rumah sehat sesuai aturan sanitasi dan kenyamanan.
Dengan langkah ini, Pemkot Batu ingin memastikan bahwa bantuan sosial benar-benar menyentuh kebutuhan dasar masyarakat miskin. “Kami ingin bedah rumah menjadi gerakan sosial, bukan sekadar proyek tahunan. Semoga manfaatnya bisa terus dirasakan dan program ini berkelanjutan,” tandasnya. (Ananto Wibowo)