
MALANG POST – Hiruk pikuk sorak warga Desa Sumberejo kembali terdengar. Lapangan desa yang biasanya lengang, sejak pertengahan Juli ini berubah jadi arena penuh gairah. Ya, Liga Desa Sumberejo 2025 resmi bergulir.
Ajang sepak bola antar dusun ini bukan sekadar pertandingan. Bagi warga Desa Sumberejo, Liga Desa adalah tradisi. Lebih dari itu, jadi kawah candradimuka calon bintang lapangan hijau Kota Batu.
Wali Kota Batu, Nurochman, tak ragu menyebut liga desa ini sebagai bentuk nyata pembinaan olahraga masyarakat dari akar rumput. Dengan memaksimalkan fasilitas olahraga yang sudah ada di lingkungan desa.
“Ini bukan sekadar kompetisi, tapi upaya membangun ekosistem sepak bola dari desa. Kami dari Pemkot Batu akan selalu mendukung,” tutur Cak Nur.
Ia juga menjanjikan bentuk apresiasi khusus dari Pemkot Batu untuk panitia maupun peserta saat babak final nanti. Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan semangat membangun olahraga dari desa.
“Meski ini sebuah kompetisi, keselamatan, kebersamaan dan nilai sportivitas harus tetap diutamakan. Karena ujung dari semua ini adalah memperkuat semangat guyub rukun antar masyarakat,” tuturnya.
Tak sekadar formalitas, Liga Desa Sumberejo memang beda. Turnamen ini sudah digelar rutin sejak tahun 1985 dan selalu menyita perhatian warga. Meski sempat terhenti karena Covid-19. Saat ini, Liga Desa Sumberejo bergulir dengan format yang makin profesional.

LIGA DESA: Wali Kota Batu, Nurochman saat membuka Liga Desa Sumberejo. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Tahun ini, 15 tim dari berbagai dusun di Sumberejo beradu taktik dan strategi. Menariknya, setiap pemain wajib warga asli Sumberejo. Sebuah aturan tidak tertulis yang tetap dijaga demi menjaga nilai kebersamaan dan identitas desa.
Seluruh pertandingan dipimpin wasit resmi dari Askot PSSI Kota Batu. Regulasi ketat juga diterapkan. Penyelenggaraan kompetisi di bawah kendali Badan Liga Sumberejo (BLS), lembaga lokal yang konsisten menjaga keberlangsungan tradisi ini.
Yang unik, panitia penyelenggara liga setiap tahun bergilir dari dusun ke dusun. Supaya semua lingkungan punya andil, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap liga desa ini.
Kepala Desa Sumberejo, Rianto, menyebut Liga Desa sebagai ‘pesta rakyat’ yang paling ditunggu. Liga ini jadi bagian dari rangkaian selamatan desa.
“Setiap tahun selalu jadi acara yang ditunggu. Bukan sekadar tontonan, tapi upaya mempererat kerukunan. Khususnya bagi generasi muda,” jelas Rianto.
Harapannya sederhana tapi penuh makna. Dari kompetisi antar kampung ini, lahir pemain-pemain berbakat yang bisa mengharumkan nama Kota Batu di kancah sepak bola nasional bahkan internasional.
Dukungan juga datang dari Ketua Askot PSSI Kota Batu, Ganis Rumpoko. Ia menyebut Liga Desa Sumberejo sebagai contoh konkret pembinaan sepak bola dari level bawah.
“Event seperti ini membantu tugas PSSI. Kalau ada desa lain yang bikin liga, kami akan dukung penuh. Apalagi di Liga Desa ini, kami bisa temukan bakat-bakat baru,” tegas Ganis.
Tak hanya sekadar mengapresiasi, Askot PSSI bahkan menjadikan ajang ini sebagai sarana scouting. Pemain-pemain muda yang dianggap potensial akan dipanggil untuk memperkuat Persikoba Kota Batu.
“Liga ini bukan sekadar hura-hura warga. Ini jadi tempat seleksi alam bagi pesepakbola Kota Batu,” kata Ganis.
Liga Desa Sumberejo 2025 mengirim pesan sederhana, membangun sepak bola tak harus dari stadion megah. Kadang cukup dari lapangan kampung yang dijaga semangat dan tradisi. Sebab dari sana, bintang-bintang besar sering lahir. (Ananto Wibowo)