
MALANG POST – Kasus beras oplosan menjadi atensi Pemkot Malang untuk dilakukan sidak. Sasarannya pasar-pasar dan toko-toko modern.
Wakil Walikota Malang, Ali Muthohirin, ketika dimintai tanggapannya persoalan beras oplosan ini mengatakan, bahwa masalah itu menjadi atensi Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk diusut dan ditindak tegas. Karena kerugian negara mencapai hingga Rp 100 triliun akibat beras oplosan ini.
Karena itu, Pemkot Malang, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan Polresta Malang Kota turun ke lapangan untuk sidak beras oplosan itu. Sasarannya pasar-pasar dan toko-toko modern.
“Kami bersama walikota tentu turun ke pasar-pasar dan toko-toko modern untuk melakukan sidak beras oplosan itu. Masalah ini kan jadi atensi Bapak Presiden. Sebab, kerugian negara akibat dari beras oplosan itu mencapai Rp 100 triliun,” jelas Ali Muthohirin.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang telah mulai melakukan sidak di sejumlah pasar dan toko ritel modern. Hasilnya, ditemukan dugaan beras oplosan dari sejumlah merek. Karena itu, masyarakat diimbau untuk berhati-hati.
Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan, mengaku telah melakukan sidak beras oplosan si sejumlah titik. Sidak dilakukan di beberapa lokasi strategis seperti Pasar Dinoyo untuk kategori pasar tradisional. Serta ritel modern di wilayah Bumiayu, Buring, Polehan, Kedungkandang, Sawojajar dan Mojolangu.
Menurutnya, hasil sidak ditemukan beberapa merek beras yang diduga merupakan beras oplosan. Beras merek San dan Ftn masih ditemukan di pasar tradisional.

Tim Dispangtan Kota Malang saat melakukan sidak beras oplosan di pasar tradisional dan ritel modern. (Foto: Istimewa)
Pihaknya tidak hanya memeriksa merek beras yang beredar. Namun juga melakukan pengamatan langsung, dengan membuka kantong beras secara acak.
Di pasar Dinoyo beberapa toko masih menjual beras yang ditengarai oplosan yaitu merk Ftn dan Sa. Rata-rata volume di masing-masing toko adalah 10 sampai 25 kg.
Sedang di ritel modern ditemukan merk San, SR, SP, RP dan RU. Volumenya rata-rata di atas 30 Setelah dicek, di kemasan itu banyak yang tidak tercantum nomor izin edarnya. Beberapa kemasan tidak sesuai spesifikasinya yaitu tingkat broken dan warna.
Dari hasil pengawasan distribusi beras di 15 kios pangan pasar Dinoyo, juga ditemukan 1 toko yang menjual beras SPHP di luar ketentuan, yaitu 5 pak per konsumen. Sedang yang 14 kios sesuai ketentuan.
Selain itu, lanjutnya,dlitemukan beras premium yg diduga oplosan di beberapa toko yaitu merk San dan Ftn. Menindaklanjuti hal ini, pihaknya berkoordinasi dengan Satgas Pangan Polresta Malang Kota. Melakukan konfirmasi ke produsen yaitu Wlm dan PT. FST. Informasi dari PT. FST sejak Bulan Juni sudah tidak melakukan pengiriman beras produksi mereka ke Jatim.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat membeli beras merek apapun. Menurutnya, kewaspadaan bisa dilakukan dengan mengamati bagian bening pada kemasan beras. Dari situ masyarakat bisa melihat ada tidaknya beras yang tampak tercampur dari perbedaan warna.
“Kemasan beningnya itu dilihat dulu, kira-kira kelihatan tercampur atau tidak. Selain itu bisa terlihat, kira-kira ada kutu berasnya atau tidak, dan ada beras yang patah-patah tidak,” pungkasnya. (Eka Nurcahyo)