
INOVASI: Ketua Panitia Pelaksana, Bogi Pratomo Wibowo, menunjukkan salah satu peralatan kesehatan untuk terapi kanker. (Foto: Ra Indrata)
MALANG POST – Tiga organisasi kedokteran, masing-masing Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI), menggelar Konferensi Kerja Nasional (Konkernas) dan Simposium Nasional secara bersamaan.
Selama empat hari, mulai Rabu (16/7/2025) lalu, para pimpinan tinggi perhimpunan, guru besar, dokter spesialis dan residen, membahas beberapa agenda penting pada Konkernas. Utamanya dalam mengintegrasikan tiga pilar penting dalam dunia gastroenterologi dan hepatologi di Indonesia.
Lebih istimewa lagi, Konferensi Nasional PPHI-PGI-PEGI tahun ini, bersamaan dengan Malang Gastroenterology Update ke-14.
“MGU telah lama dikenal sebagai platform unggulan, untuk pembaruan ilmu dan diskusi kasus-kasus klinis yang menantang.”
“Dengan bersatunya ketiga perhimpunan dan MGU, kami berharap sinergi ini akan menciptakan gelombang inovasi dan diseminasi pengetahuan yang lebih masif dan komprehensif, menjembatani riset dasar dengan aplikasi klinis nyata, dari bench to bedside,” jelas Dr. dr. Bogi Pratomo Wibowo, SpPD, K-GEH., Ketua Panitia Pelaksana, kepada wartawan, Jumat (18/7/2025).
Event berskala nasional tersebut, dibuka secara resmi Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat. Ikut mendampingi, Ketua Umum PPHI Andri Sanityoso, Ketua Umum PB PGI Ari Fahrial Syam dan Ketua PEGI Achmad Fauzi.
Konferensi itu sendiri, sebut Bogi, hadir sebagai katalis untuk terus mendorong batas-batas pengetahuan. Dengan sesi-sesi yang mencakup spektrum luas. Mulai dari mikrobiota usus, imunopatogenesis IBD, hingga manajemen karsinoma hepatoseluler.
“Apalagi dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan kemajuan pesat dalam pemahaman patofisiologi, diagnostik dan tatalaksana berbagai penyakit gastroenterohepatologi.”
“Dari era endoskopi diagnostik hingga terapi intervensi minimal invasif, dari deteksi biomarker hingga terapi target molekuler, setiap lompatan ilmu membawa harapan baru bagi pasien kita,” sebut Bogi.
Itulah sebabnya, narasumber yang dihadirkan dalam momen kali ini, adalah para ahli terkemuka. Baik dari dalam maupun luar negeri, yang akan berbagi wawasan dan pengalaman klinis berharga.
“Mereka akan memaparkan temuan-temuan riset terbaru, studi kasus menarik, serta guideline praktis yang relevan dengan tantangan yang kita hadapi sehari-hari di klinik.”
“Ini adalah kesempatan emas untuk bertanya, berdiskusi dan memperkaya perspektif kita, serta membangun jejaring ilmiah yang kuat,” sebutnya.
Konkernas yang berlangsung di Kota Malang tahun ini, membahas tiga hal utama. Yakni tata kelola organisasi, pendidikan, dan penelitian.

PEJABAT: Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, dr. Husnul Muarif. (Foto: Ra Indrata)
Salah satu yang menjadi sorotan, adalah pentingnya riset berbasis populasi lokal, agar terapi yang diberikan lebih tepat sasaran sesuai karakteristik etnis dan geografi Indonesia.
“Kalau kita melakukan riset berdasarkan hasil dari Amerika atau Eropa, tentu tidak 100 persen sesuai dengan situasi di Indonesia.”
“Jadi dengan melakukan penelitian terutama untuk pasien-pasien kita, akan ditemukan hasil riset yang sesuai dengan populasi lokal,” kata Bogi.
Sedangkan dalam rangkaian MGU ke-14, peserta mendapatkan pembaruan ilmu kedokteran terbaru. Seperti teknik deteksi dini penyakit lambung, usus dan hati. Termasuk pemanfaatan teknologi ablasi microwave, untuk terapi kanker hati tahap awal tanpa operasi terbuka.
Karena setiap tahun, selalu ada alat dan teknik terbaru. Di sini kita perkenalkan agar para dokter muda dan spesialis tahu tren global dan bisa teraplikasi di dalam negeri,” tambah Bogi.
Di antara inovasi yang dipamerkan seperti endoskopi modern, USG, hingga ablasi tumor.
Sebagian alat sudah digunakan di rumah sakit besar seperti RSUD Saiful Anwar dan Dr. Soetomo. Namun masih perlu pemerataan distribusi terutama di luar Jawa.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif, melihat forum para dokter ahli tersebut, akan memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan tenaga medis dalam membangun sistem kesehatan yang adil dan berkelanjutan.
“Kalau kita lihat dari tema, kita bisa menginvestigasi awal gejala-gejala yang ada pada, terutama pencernaan, pencernaan itu terutama pada gastro.”
“Jadi saat ini, momen Konkernas sekaligus jadi penanda jika Kota Malang, turut berkontribusi dalam membentuk arah penatalaksanaan penyakit saluran cerna nasional,” kata Husnul.
Tema dalam Konkernas tahun ini, adalah: “Innovations in Gastroenterohepatology and Pancreatobiliary Medicine: Navigating the Future of Digestive Health and Disease Management”. (Ra Indrata)