
MALANG POST – Suasana haru dan penuh antusias mewarnai hari pertama 100 anak siswa Sekolah Rakyat (SR) Kota Batu, Senin (14/7/2025). Sejak pagi, mereka mulai belajar mandiri, berjauhan dari orang tua. Anak-anak akan memulai petualangan barunya di sekolah berbasis asrama ini.
Kepala SR Kota Batu, Yulianah Suhariyono menyatakan, hari pertama diawali dengan agenda tes kebugaran, perkenalan siswa baru, hingga prosesi simbolis penyerahan anak dari orang tua kepada pihak sekolah. Setelah itu, anak-anak diajak school tour atau berkeliling mengenal fasilitas sekolah.
“Nanti malam ada family time. Anak-anak dan guru berkumpul untuk saling menyapa, berkenalan lebih dekat. Membangun rasa nyaman, karena di sekolah ini pembiasaan adalah tahap awal yang penting,” jelas Yulianah.
SRbmemang berbeda dari sekolah reguler. Di SR Kota Batu, anak-anak tak langsung dijejali pelajaran. Mereka lebih dulu diajak beradaptasi. “Kata kuncinya nyaman dulu. Kalau sudah nyaman, baru kita mulai pembelajaran,”tegasnya.
Selama masa pembiasaan ini, yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus, sekolah akan fokus membangun rutinitas. Setiap harinya jadwal disusun mulai jam 04.00 WIB hingga 21.00 WIB. Dari sholat, kegiatan asrama, sampai belajar di kelas.
“Sekolah ini memang istimewa. Karena tidak hanya fokus akademik. Karakter dan kebiasaan anak juga dibentuk sejak awal,” tambah Yulianah.

LIHAT KAMAR TIDUR: Sejumlah siswa SR Kota Batu saat melihat kamar tidur yang akan mereka tempati beberapa tahun ke depan. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Lebih lanjut, soal komunikasi dengan orang tua. Dia menyampaikan, sesuai arahan Presiden, sekolah tetap membuka ruang pertemuan orang tua dengan anak.
“Boleh ketemu kapan saja, tapi waktunya kami atur agar tidak bentrok dengan kegiatan belajar. Setiap Minggu, misalnya, sekolah memang free dari kelas, tapi tetap ada kegiatan asrama, termasuk jadwal kunjungan,” katanya.
Yulianah juga menjelaskan saat ini pihaknya masih menunggu hasil rekrutmen wali asuh dan wali asrama. Idealnya, satu wali asuh akan membimbing 10 anak. Sembari menunggu formasi lengkap, tenaga pendidik yang ada bergiliran menjadi wali asuh sementara.
“Kebetulan banyak guru kami masih muda, belum berkeluarga, jadi bisa fokus mendampingi anak-anak, sembari menunggu wali asuh,” ungkapnya.
Mayoritas guru di SR Kota Batu berasal dari wilayah Kota Batu, Kabupaten Malang, ada juga yang dari Madiun dan Probolinggo. Dengan komposisi itu, Yulianah optimistis anak-anak bisa nyaman dan belajar lebih optimal.
“Pemerintah benar-benar memuliakan anak-anak ini. Diberi fasilitas terbaik, pendamping terbaik. Kami di sekolah tinggal memastikan mereka tumbuh dan berkembang dengan baik,” pungkasnya. (Ananto Wibowo)