
PENATAAN: Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menggunakan ekskavator mini membongkar kantor pelaksana pasar PIG, menandai dimulainya penataan pedagang PIG 2, sebelum direlokasi ke dalam. (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
MALANG POST – Total ada 686 pedagang di Pasar Induk Gadang (PIG) 2 di sisi selatan, harus bergeser masuk sekitar 30 meteran ke dalam pasar.
Digesernya pedagang ikan, buah, bumbu atau peracangan itu, untuk memaksimalkan jalan di PIG. Yang selama itu menjadi pusat kemacetan untuk mengakses jembatan kembar di sisi timur. Karena dipakai parkir setiap hari.
Mengawali pembongkaran lapak-lapak sisi timur pada Rabu (9/7/2025), secara simbolis Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, membongkar kantor Pelaksana Pasar Induk Gadang (PIG), menggunakan ekskavator mini. Nantinya dilanjutkan pembongkaran ke semua lapak sisi timurnya.
Batas jalan akses pintu keluar masuk ke PIG atau Terminal Hamid Rusdi, akan menyesuaikan dengan batas pagar tembok milik pabrik di selatan paling barat. Hingga mengarah timur ke jembatan kembar sebelum jalan tersebut.
Wahyu Hidayat mengakui, selama ini akses keluar masuk di PIG selalu terhambat. Belum lagi infrastrukturnya mengalami kerusakan. Jembatan yang sudah puluhan tahun dibangun pun setiap hari justru dibuat parkir.
“Jadi kita membangun jembatan itu belum bisa dimaksimalkan pemanfaatannya, untuk akses keluar masuk ke PIG maupun ke arah terminal,” ucap Wali Kota yang alumni ITN Malang ini.
Lebih jauh Wahyu menjelaskan, pedagang di PIG 2 atau sisi selatan tersebut, merelokasi diri secara swadaya. Waktu yang dibutuhkan sekitar tiga bulanan.

PIMPIN LANGSUNG: Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat didampingi Sekkota Erik Setyo Santoso dan Kepala Diskopindag, memantau pelaksanaan pembongkaran kantor pelaksana pasar di PIG, Rabu (9/7/2025). (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
Setelah relokasi mandiri selesai, baru lapak atau kios di deretan sepanjang jalan tersebut dibongkar, agar bisa kembali difungsikan sebagai akses jalan keluar masuk.
Awalnya, kata mantan Sekda Kab. Malang ini, pedagang di PIG 2 akan direlokasi ke terminal Hamid Rusdi. Tapi mereka sama-sama menolak. Hanya bersedia digeser ke dalam atau belakang.
“Terkait penataan ribuan pedagang lainnya di PIG 1 dan PIG 3, akan kita laksanakan pada tahap berikutnya. Sementara kita fokus penataan tahap awal, agar bisa memaksimalkan jalan dan jembatan di kawasan PIG,” tambahnya.
Terpenting lagi, lanjut dia, bongkar muat yang selama ini selalu memanfaatkan badan jalan, ketika sudah direlokasi ke dalam, tidak sampai mengganggu akses jalan keluar masuk di kawasan PIG.
“Termasuk perawatan jalan di kawasan PIG, bisa dilaksanakan tanpa kendala dan tidak terus menerus mengalami kerusakan. Apalagi akan ada transportasi bus Trans Jatim yang melalui jalan sini,” imbuhya lagi.
Koordinator Pedagang Buah di PIG 2, Abdul Qadir, membenarkan bersama pedagang lainnya, melaksanakan relokasi mandiri. Sambil menunggu proses pembongkaran kantor pelaksana pasar PIG selesai.
“Pembongkaran lapak atau kios di tepi jalan ini, jelas gak mungkin kita lakukan saat ini juga. Sebab tempat relokasi juga belum terbangun. Pedagang akan berjualan atau menempatkan dagangannya dimana?,” terang Qodir.
Untuk menyelesaikan proses relokasi tersebut, Qodir menyebut butuh waktu sekitar enam bulan. Tenggat waktu yang disampaikan Pemkot Malang, dianggap tidak mencukupi. Apalagi biaya relokasi ditanggung pedagang itu sendiri.
“Persiapan relokasi juga butuh waktu, karena kami sambil terus berjualan setiap harinya.”
“Prinsipnya kami siap mengikuti apa yang jadi kemauan Pemkot Malang. Kita akan tetap berkomunikasi dengan Diskopindag untuk langkah berikutnya,” ujarnya. (Iwan Irawan/Ra Indrata)