
MALANG POST – Ketua PHRI yang juga Ketua Industri Pelaku Pariwisata Kota Batu, Sujud Hariadi, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk menyampaikan, sejak Januari sampai Juni 2025 ini, kunjungan wisatawan ke Kota Batu turun hampir 30 persen. Okupansi hotel juga turun 20 persen.
Beberapa penyebabnya, kata Sujud, persaingan wisata antar daerah yang semakin ketat, daya beli masyarakat belum normal dan pengetatan anggaran dari pemerintah.
“Di momen libur sekolah dan pelaksanaan Porprov IX Jatim 2025 awal bulan Juli 2025, mampu menaikkan kunjungan. Bahkan okupansi hotel bisa sampai menyentuh 70 – 80 persen,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (8/7/2025).
Upaya untuk mendongkrak wisatawan agar tetap ke Kota Batu, tambahnya, sudah banyak dilakukan. Termasuk tindakan preventif ketika akan masuk ke momen tertentu. Yakni dengan mempermudah keluar masuk akses wisatawan. Meski masih belum maksimal.
“Kami juga terus upayakan update info soal kondisi destinasi dan okupansi hotel. Sehingga bisa antisipasi ketika mau memilih Kota Batu untuk refreshing,” jelasnya.
Sujud menambahkan, sejauh ini di tengah ramainya destinasi di Kota Batu, yang jadi PR selanjutnya, adalah kunjungan wisatawan mancanegara yang perlu dikuatkan lagi.
Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Batu, Dwi Nova menambahkan, kunjungan wisatawan pada momen Iduladha selama tujuh hari, total ada 240 ribu pengunjung.
Sedangkan masuk di awal bulan Juli pada masa libur sekolah, justru hanya mampu menyentuh 200 ribu.
“Secara keseluruhan selama bulan Juni, total ada 500 ribu kunjungan. Kalau dihitung dari bulan Januari sampai awal bulan Juni 2025, total kunjungan ada 1,8 juta wisatawan,” paparnya.
Nova menilai, momen libur Iduladha ini justru lebih efektif untuk peningkatan kunjungan. Karena libur anak anak sama dengan orang tuanya. Karenanya banyak yang memanfaatkan untuk berlibur.
Lain halnya dengan libur sekolah, momennya kurang tepat karena di tengah anak-anak libur, orang tua masih tetap sibuk bekerja.
“Kami pun juga berupaya merespon penguraian kepadatan di Kota Batu, dengan pengemabangan wisatawan alternatif, di tengah beberapa destinasi yang sudah terkenal,” jelasnya.
Diharapkan, kondisi tersebut bisa jadi opsi ketika destinasi primadona sudah full dan mengurai kepadatan.
Termasuk juga dengan adanya pengembangan shuttle bus, untuk mengurangi operasional kendaraan pribadi masyarakat.
Sementara itu, Pemerhati Tata Kota, Budi Fathoni menyampaikan, sekarang ini bukan saatnya hanya mengejar angka kunjungan wisatawan Kota Batu. Tapi juga harus diperhatikan soal aksesibilitas.
“Realitasnya ketika terjadi peningkatan kunjungan di Kota Batu, sering terpantau jalan yang padat. Bahkan untuk putar balik, pengendara juga kesulitan dengan luasan yang terbatas,” katanya.
Pihaknya juga menyebut, kondisi geografis Kota Batu itu naik, dengan ketinggian rata rata 700 meter dari permukaan air laut. Sehingga soal keamanan dan kenyamanan akses harus lebih diperhatikan lagi. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)