
Oleh: Suhardi, S.Pd., M.Pd. *)
Liburan sekolah tiba. Hampir dua pekan ini anak-anak dari tingkat PAUD, SD,SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi menjalani libur panjang.
Bagi anak-anak, situasi ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu, bebas dari tugas, bebas bangun pagi, dan bebas bertemu guru setiap hari. Namun, pernahkah kita merenung, apa makna liburan sekolah bagi keluarga?
Saat liburan sekolah, kegiatan pembelajaran anak-anak seolah diserahkan sepenuhnya kepada orangtua di rumah. Hal ini mengingatkan kembali bahwa pendidikan dasar memang berakar dari keluarga.
Di rumah, anak-anak pertama kali belajar tentang nilai moral, tanggung jawab, sopan santun, cara bersikap, hingga kedisiplinan.
Namun, realitas di lapangan sering berbeda. Liburan sekolah justru lebih banyak diisi dengan aktivitas bermain gadget, menonton YouTube, scrolling TikTok, bermain bersama teman di sekitar rumah, dan jarang sekali membuka buku pelajaran.
Fokus mereka bergeser dari rutinitas belajar ke hiburan dan kesenangan, sementara orangtua sering kesulitan mengarahkan mereka untuk tetap belajar meski hanya beberapa menit dalam sehari.
Selain itu, uang jajan anak justru meningkat saat liburan sekolah. Mereka sering merengek ingin jajan di minimarket atau warung dekat rumah, entah sekadar membeli es krim, snack, atau mainan baru. Di sisi lain, orangtua yang awalnya berharap liburan menjadi waktu santai malah justru stres dan ‘ngereog’.
Setiap hari mereka harus menghadapi tingkah anak-anak yang penuh energi, banyak permintaan, dan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat rumah ramai.
Mulai dari minta jajan, main di luar rumah, menonton televisi seharian, hingga pertengkaran kecil dengan saudara sendiri.
Semua itu sering membuat orangtua kewalahan, bahkan merasa liburan sekolah lebih melelahkan dibanding hari-hari biasa saat anak masuk sekolah.
REFLEKSI KECIL DI TENGAH LIBURAN
Liburan sekolah sebenarnya membuka refleksi besar bagi orangtua. Apakah mereka benar-benar siap jika pembelajaran anak sepenuhnya berpindah ke rumah?
Di era modern seperti sekarang, proses belajar anak banyak terbantu oleh guru di sekolah yang sudah memiliki metode dan sistem pembelajaran terstruktur.
Namun, saat liburan tiba, orangtua diingatkan kembali bahwa pendidikan pertama dan utama tetap ada di tangan mereka. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak, dan orangtua adalah guru sejatinya.
Nilai-nilai dasar kehidupan, kedisiplinan, tanggung jawab, hingga sikap baik terhadap orang lain semua berawal dari keluarga sebelum anak mengenalnya di sekolah.
Karena itu, di sela-sela liburan sekolah, tidak ada salahnya orangtua mengajak anak belajar dengan cara sederhana.
Misalnya, membaca buku cerita bersama yang sejauh ini untuk tingkat pra sekolah dan dasar sang gurulah yang membacakan cerita, menonton film edukasi menggantikan tontonan anomali yang menjadi tren anak-anak, membantu memasak di dapur, belanja ke pasar sambil belajar berhitung uang, atau membantu mencuci motor.
Pembelajaran tidak selalu harus berarti membuka buku pelajaran sekolah. Setiap aktivitas harian dapat diubah menjadi ruang belajar yang menyenangkan, sekaligus menanamkan nilai-nilai hidup seperti tanggung jawab, kemandirian, kreativitas, dan empati.
Dengan begitu, liburan bukan hanya sekadar waktu bermain, tetapi juga menjadi momen tumbuh bersama dalam keluarga.
Liburan sekolah memang boleh dimanfaatkan untuk refreshing. Namun, liburan juga bisa menjadi momen pendidikan keluarga, di mana orangtua dan anak belajar bersama melalui berbagai aktivitas sederhana di rumah atau lingkungan sekitar.
Hal yang terpenting, jangan sampai liburan sekolah justru membuat orangtua merasa ingin ‘liburan’ dari anak-anaknya sendiri.
Ironisnya, ketika anak-anak meminta refreshing, entah itu ke pantai, ke kebun binatang, atau sekadar ke mall, orangtua tetap berusaha mengajak mereka pergi. Padahal, kondisi finansial dan mental orangtua sering kali sedang pas-pasan. Namun alasannya selalu sama,
“Kasihan anak, biar fresh pas masuk sekolah nanti.”
Di balik itu, orangtua sering menahan rasa lelah dan stres, sambil dalam hati berkata, “Yang butuh refreshing itu sebenarnya aku, bukan kamu…”. (*)
*) Staf Seksi Humas UM Peraih Bronze Winner Anugerah Diktisaintek 2024 Kategori PTNBH Subkategori Insan Humas