
MALANG POST – Kalau saja tidak ada yang merekam, mungkin tak ada yang tahu. Tapi rekaman itu telanjur beredar. Seorang ibu-ibu berdiri di pinggir jalan, menatap sebuah spanduk bergambar Kapolres Batu, AKBP Andi Yudha Pranata.
Lalu dia angkat tangan, menunduk dan memberi hormat. Hening. Seperti memberi penghargaan pada sesuatu yang sangat berarti.
Lokasinya di depan Polsek Batu, Jalan Ahmad Yani. Helm warna pink masih menempel di kepalanya. Tangannya gemetar, namun sikapnya mantap. Tak ada malu. Tak ada ragu.
Orang-orang menyangka itu sekadar aksi aneh. Tapi ternyata di balik gestur sederhana itu ada kisah yang lebih dalam dari sekadar viral.
Perempuan itu bernama Irianingsih, warga Jalan Suropati Gang 1, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu. Usianya 60 tahun. Tapi semangatnya seperti anak gadis yang sedang jatuh cinta. Bukan cinta biasa. Tapi cinta kepada institusi Polisi Republik Indonesia.
Kecintaannya penuh hormat dan bangga. Bahkan bisa dibilang kekaguman tingkat dewa. Kepada sosok Polisi secara umum dan khususnya Kapolres Batu.
“Saya bangga sekali dengan Polisi. Mereka itu pelindung kami,” katanya Selasa (1/7/2025).
Dia mengaku sering melakukan hal serupa. Kadang di Pos Polisi Alun-alun Batu. Kadang di Pos Polisi Batos. Bahkan di Polres Batu. Setiap melihat Polisi atau bahkan mendengar sirine mobil patroli hatinya berbunga-bunga.

SAMBANGI: Kapolres Batu, AKBP Andi Yudha Pranata saat bersilaturahmi ke kediaman Bu Ira, yang viral setelah melakukan penghormatan terhadap sepanduk bergambar Kapolres Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Ira bukan warga biasa. Dalam artian, dia punya ikatan emosional dengan seragam cokelat itu. Ayahnya dulu seorang Polisi. Sejak kecil dia tumbuh dengan figur Polisi sebagai panutan.
“Ayah saya dulu juga polisi. Dinas di Polsek Poncokusumo,” tuturnya. Mungkin dari situlah rasa bangga itu tumbuh. Dan tak pernah benar-benar hilang.
Kecintaannya makin menjadi saat pandemi Covid-19. Dia melihat Polisi tetap bertugas di jalan, mengatur, menjaga, menenangkan. Saat semua orang panik, Polisi tetap hadir.
Ira merasa mereka layak dihormati. Tapi tidak tahu bagaimana caranya. Maka ia lakukan yang paling sederhana.
Tahun ini, rasa bangganya kembali memuncak. Terpampang di banyak tempat, tema HUT Bhayangkara ke-79: “Polri untuk Masyarakat”.
“Kalau baca tulisan itu, dada saya langsung sesak haru,” ujar ibu dari empat anak dan delapan cucu ini.
Bu Ira tak minta apa-apa. Dia tak mau viral. Tak ingin masuk TV. Dia hanya ingin Polisi dicintai. Dihormati. Dikenang dengan bangga.
Di momen HUT Bhayangkara ini, Ira juga terus memantau kegiatan Polri. Terutama saat digelarnya Upacara Peringatan HUT Bhayangkara di Jakarta. Ira mengikuti seluruh rangkaian melalui saluran televisi. Dia menonton dari awal. Sambil mendoakan.
“Semoga polisi selalu jadi yang terbaik. Kalau semua polisi seperti Pak Kapolres (AKBP Andi Yudha), saya yakin Indonesia emas akan terwujud,” tuturnya.
Viralnya video itu sampai juga ke telinga AKBP Andi Yudha Pranata. Tapi dia tak cukup hanya menonton. Dia minta timnya melacak siapa Ibu tersebut. Bahkan tim buser pun turut diaktifkan. Dua hari dicari. Gang demi gang dilalui dan akhirnya, ketemu tepat di momen HUT Bhayangkara ke 79.
Tanpa banyak formalitas, Kapolres pun datang langsung. Jalan kaki menyusuri gang sempit. Mobil tak bisa masuk. Tapi itu bukan alasan. Pemimpin, harus menyentuh warganya langsung.
“Saya sampai gemetar. Ini kehormatan luar biasa bagi saya,” ujar Ira.
Kunjungan itu bukan sekedar kunjungan biasa. Kapolres mendengar sendiri kisah Bu Ira. Tentang rasa cintanya kepada institusi polisi. Tentang harapannya. Tentang anak bungsunya yang kini kuliah administrasi bisnis dan diharapkan jadi Polwan.
“Nanti bisa kami bantu latih, minimal pembinaan awal,” tutur Kapolres.
Andi juga mengaku terharu. Menurutnya, apa yang dilakukan Bu Ira bukan sekadar aksi. Tapi simbol dari suara hati rakyat kecil.
“Meski pernah alami cedera kepala, yang mungkin mempengaruhi ingatannya terhadap Polisi, tapi komunikasi Bu Ira sangat baik. Bahkan tahu semua kegiatan Polres terutama rangkaian HUT Bhayangkara. Event Vespa Fest saja beliau hadir,” kata Kapolres.
Ia menyebut Bu Ira sebagai penyambung lidah hati masyarakat. Yang tulus. Yang jujur. Yang tak dibuat-buat. “Yang seperti ini jadi cermin kami untuk terus memperbaiki diri,” tutupnya. (Ananto Wibowo)