
MALANG POST – Tantangan berat menanti kepengurusan BPC PHRI Kota Batu periode 2025-2030 ditengah efisiensi anggaran yang tengah diterapkan pemerintah. Mereka harus berupaya keras agar hotel dan restoran di Kota Batu tetap eksis di masa makin melemahnya perekonomian.
“Pengurus PHRI Kota Batu 2025-2030 hampir 90 persen pengurus lama dari periode sebelumnya. Karena itu, suasana berat dan tugas berat sudah biasa kami hadapi,” tutur Ketua BPC PHRI Kota Batu, Sujud Hariadi usai pelantikan pengurus BPC PHRI Kota Batu 2025-2030, Kamis (12/6/2025).
Sujud mencontohkan, seperti saat Pandemi Covid-19 lalu, pihaknya baru saja dilantik pada Februari 2020, kemudian sebulan berselang yakni Maret 2020, Indonesia dilanda pandemi dengan segala pembatasan didalamnya.
“Sekarang situasi lebih rumit. Pertama karena ada efisiensi yang sangat berpengaruh terhadap mice (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) yang dilakukan oleh pemerintahan,” ujarnya.
Sujud melihat, dengan adanya efisiensi yang dilakukan tersebut, turut berimbas pada daya beli masyarakat. Ketika pemerintah menahan uang mereka keluar, akhirnya daya beli masyarakat semakin melemah.
Meski begitu, untuk saat ini pihaknya cukup bersyukur, karena Kemendagri telah memberi sinyal lampu hijau dengan memperbolehkan rapat digelar di hotel asal tidak berlebihan.
“Tapi ada yang lucu juga. Menteri Keuangan menyatakan tidak ada uang rapat. Dengan hal ini saya pikir ASN akan keberatan. Ngapain rapat di hotel kalau tidak ada uang rapat. Ini juga menjadi problem, karena itu saya yakin tidak akan terlalu mendongkrak okupansi meski sudah diperbolehkan lagi,” urai Sujud.
Oleh sebab itu, pihaknya akan terus berusaha agar pemerintah benar-benar mau melepaskan APBN dan APBD-nya. Tidak hanya untuk mice saja, namun untuk seluruh sektor. Sehingga daya beli masyarakat bisa terungkit kembali.
“Ketika daya beli masyarakat meningkat, maka kedepannya akan semakin mudah,” imbuhnya.

PELANTIKAN: Pengurus BPC PHRI Kota Batu periode 2025-2030 resmi dilantik, meski begitu tantangan berat menanti mereka ditengah badai efisiensi. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dia juga menyampaikan, sebanyak 30-50 persen pangsa pasar hotel dan restoran adalah pemerintah. Sehingga ketika pemerintah stop, maka pihaknya telah kehilangan sekitar 30-50 persen pendapat.
“Ini hanya dari satu sisi pemerintah saja, belum dari daya beli masyarakat yang menurun dan mempengaruhi banyak sektor. Jadi dengan adanya efisiensi ini kami kehilangan banyak, mulai dari pemerintah hingga sektor swasta yang turut menurun,” paparnya.
Ketua PHRI Jatim, Dwi Cahyono menambahkan, Kota Batu sebagai daerah destinasi tentunya sangat terpengaruh dengan adanya kebijakan tersebut. Sebagai upaya, pihaknya juga telah bersurat kepada pemerintah provinsi hingga kementerian.
“Alhamdulillah sudah ada hasilnya, Kemendagri telah membolehkan acara digelar di hotel,” tuturnya.
Pihaknya akan melihat dampak seperti apa yang akan terjadi. Pihaknya berharap, di semester ke dua ini kebijakan bisa semakin longgar dan berdampak positif pada kondisi perekonomian.
“Saat semester pertama belanja pemerintah kurang dari 40 persen. Jadi di semester ke dua ini, 60 persen sisanya harus benar-benar dimaksimalkan. Kalau tidak, maka masalah lain seperti badai PHK pasti akan muncul. Selama ini kami menahan, karyawan ada yang kami liburkan dan tidak perpanjangan kontrak,” ungkapnya.
Sementara itu, Wali Kota Batu, Nurochman menambahkan, sinergi dan kolaborasi menjadi suatu keharusan. Dimana kontribusi luarbiasa telah diberikan PHRI untuk Kota Batu, apalagi Kota Batu merupakan Kota Pariwisata.
“Semoga PHRI Kota Batu semakin kompak. Syukur-syukur seluruh restoran dan hotel di Kota Batu bergabung ke PHRI, sehingga akan semakin menguatkan kebersamaan,” katanya.
Cak Nur juga menyampaikan, potensi yang ada di Kota Batu sangatlah luar biasa, hal tersebut turut diikuti dengan pertumbuhan yang sangat luarbiasa pula. Karena itu, perlu adanya komunikasi intensif dengan semua stakeholder, sehingga dapat terus menyajikan sebuah karya pembangunan yang luar biasa.
“Kolaborasi selama ini telah terjalin baik antara Pemkot Batu dan PHRI. Bahkan beberapa tempat telah menampilkan seniman dan budayawan daerah dengan menampilkan sajian khas Kota Batu,” tutupnya. (Ananto Wibowo)