
MALANG POST- Limbah rumah tangga menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang tak kunjung usai dan minyak jelantah adalah salah satu penyumbang terbesarnya.
Seringkali dibuang sembarangan ke tanah atau saluran air, minyak jelantah dapat mencemari lingkungan dan bahkan berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Namun, di tengah tantangan ini, muncul secercah harapan dari tangan kreatif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Adalah Jo, koordinator tim dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan Hubungan Internasional, yang berinisiatif menghadirkan solusi inovatif, yakni lilin aromaterapi dari minyak jelantah.
Ide brilian ini bermula dari mata kuliah Gerakan Sosial di semester 5 yang langsung didampingi Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. selaku dosen. Jo yang memiliki nama lengkap Alvinda Wijaya, menjelaskan bahwa inovasi ini didorong oleh kepedulian terhadap dampak merusak minyak jelantah.
“Minyak jelantah ini kan salah satu limbah rumah tangga yang bisa dibilang susah dan merusak. Ini bisa merusak lingkungan karena minyaknya yang biasanya dibuang di jalan atau tanah dan juga merusak tubuh,” ungkap Jo.
Ia dan timnya kemudian mengajak masyarakat, khususnya di Desa Kayu Kebek, untuk memanfaatkan limbah yang sering dianggap tak berguna ini. Meskipun terdengar rumit, Jo menuturkan bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat lilin aromaterapi ini sebenarnya sederhana.

Untuk menjernihkan minyak jelantah, mereka menggunakan arang aktif (arang kayu). Jika bau masih membandel, minyak dapat dihangatkan, digoreng dengan bawang bombay, kemudian ditambahkan empat sendok bleacher sambil terus diaduk hingga tidak menggumpal.
Tentu saja, di awal proyek ini, Jo dan tim dihadapkan pada beberapa tantangan. Jo sendiri mengaku gugup saat harus berbicara di depan banyak orang, terutama saat menghadapi sekitar 30 ibu-ibu PKK. Selain itu, tantangan teknis dalam meracik lilin juga tak kalah seru.
“Tantangan membuat lilin saat pertama kali itu harus memikirkan rumus yang tepat seperti berapa gram steric acid-nya (bahan pengeras lilin) dan essential oil. Lalu terkiat minyak jelantah yang kadang susah menghilangkan baunya,” katanya.
Lilin aromaterapi dari minyak jelantah ini bukan sekadar penerangan biasa. Produk ini menawarkan aroma yang khas dan memikat karena diberi essential oil atau fragrance oil, sehingga tidak hanya memberikan penerangan namun juga menciptakan suasana yang menenangkan.
Selain itu, lilin aromaterapi ini juga bisa dikasih hiasan dan aneka ragam wadah, yang menjadi keunggulan produk ini dalam menjual kreativitas dan ketertarikan kepada konsumen.
Paling penting, karena bahannya terdapat minyak jelantah, produk ini termasuk dalam gerakan peduli lingkungan sekaligus menambah rasa kreativitas orang atau warga yang membuatnya.
Jo dan tim menargetkan penjualan lilin ini ke hotel atau tempat spa yang membutuhkan lilin beraroma. Namun, dengan pemikiran untuk menjual secara daring, ia berharap target pasar produk ini dapat melebar luas dan menjangkau lebih banyak konsumen.
Visi utama mereka adalah mengajak masyarakat untuk peduli dan menjaga lingkungan. Mereka melihat inisiatif lilin aromaterapi dari minyak jelantah ini sebagai sebuah gerakan penyadaran lingkungan.
Mereka berharap, kegiatan inimenciptakan sebuah “hilir” di mana masyarakat dapat terus berinovasi dan berkontribusi dalam menjaga lingkungan. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)