
MALANG POST – Desa wisata di Kota Batu, mencatat lonjakan signifikan selama 29 Mei hingga 10 Juni 2025. Total kunjungan sekitar 156 ribu wisatawan.
Desa Sidomulyo menjadi destinasi desa paling banyak dikunjungi. Rata-rata setiap hari sekitar lima ribu wisatawan. Bahkan menyalip destinasi besar seperti Jatim Park dan Taman Rekreasi Selecta.
Kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto, lonjakan itu tidak lepas dari pengembangan berbasis masyarakat dan lingkungan di desa-desa wisata.
“Contohnya Desa Punten, dengan wisata agribisnis dan pertunjukan budaya. Pandanrejo dengan Bukit Brakseng, hingga Sidomulyo yang menunjukkan geliat besar di penjualan bunga hias,” katanya saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis (12/6/2025).
Dalam pengembangannya, kata Onny, Kota Batu sudah punya Rencana Kawasan Tata Ruang (RKTR) sejak 2024. Yang mengatur zonasi antara wisata, agropolitan sampai konservasi.
Tujuannya supaya pengembangan wisata tetap ramah lingkungan. Onny juga mengajak masyarakat untuk ikut menjaga keseimbangan alam.
Menegaskan Onny, Ketua Bumdes Mulyo Joyo Sidomulyo Kota Batu, Dwi Lili Indayani menilai, saat ini Sidomulyo tidak hanya dikenal sebagai pusat bunga hias. Tapi juga pelopor wisata.
Kata Lili, 70 persen dari bunga hias yang dihasilkan itu dipasok ke luar daerah. Sisanya 30 persen untuk kebutuhan lokal.
“Sejak 2022, Bumdes Sidomulyo juga sudah menerapkan petik bunga online melalui e-commerce.”
“Wisatawan yang sudah datang dan tertarik bisa membeli lagi dari rumah tanpa repot. Hal itu juga sangat didukung oleh Dinas Pariwisata Kota Batu,” jelasnya.
Untuk menjaga kestabilan produksi, rutin digelar event di bulan-bulan yang cukup sepi permintaan seperti Suro dan Ramadan.
Ada parade sepeda hias, expo dan fashion show bertema bunga. Selain itu tanaman hias juga dikelola agar punya nilai tinggi dan memenuhi standar ekspor.
Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Pariwisata Universitas Merdeka Malang,
Ayu Fitriatul Ulya, ST., M.Si., menegaskan, tren wisata saat ini mengarah ke desa dengan keunggulan alam.
“Desa Sidomulyo menjadi salah satu desa, yang sudah sangat siap menyambut peluang itu,” katanya.
Namun Ayu juga menyoroti pentingnya konsep seperti eco-living dan sustainable tourism, yang menurutnya perlu diterapkan. Agar destinasi wisata bisa berkembang tanpa merusak alam.
Dia mengingatkan perlunya perencanaan ruang yang matang. Pelaku wisata harus paham batasan lahan yang aman untuk zona wisata, zona budidaya, konservasi bahkan zona rawan bencana. (Faricha Umami/Ra Indrata)