
MALANG POST – Dosen Bisnis Digital Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, yang juga Professional Startup Coach, Jacob Win S.T., S.Kom., S.Kom., ACC menilai, Malang Raya punya potensi besar dalam pengembangan startup.
Apalagi jumlah mahasiswa yang banyak, dengan ide inovatif yang diakomodir dalam inkubator bisnis di perguruan tinggi. Bisa membentuk ekosistem kolaboratif yang mendukung lahirnya startup baru
Hal itu disampaikan Jacob, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan Radio City Guide 911 FM, Sabtu (31/5/2025) kemarin.
Karenanya, Jacob merekomendasikan agar kampus yang memiliki inkubator bisnis, juga datang ke Coworking Space, untuk membuka peluang bertemu pelaku industri. Bahkan pelaku kreatif yang lebih senior.
“Sehingga dapat membantu proses pertukaran ide, penguatan jaringan dan perkembangan bisnis yang lebih dinamis, dibandingkan jika hanya mengandalkan pembinaan internal kampus,” katanya.
Apalagi dengan adanya Malang Creative Center (MCC), tambah Jacob, mentor-mentor startup serta dukungan pemerintah daerah dalam mendorong kewirausahaan.
Malang dinilai sangat siap menjadi kota lumbung startup. Pemanfaatan teknologi seperti AI juga bisa memberikan ide awal yang lebih liar.
Sedangkan Co-Founder Let’s Play Indonesia, Arif Bawono Surya, menyebut, platform edukasi berbasis game ini sudah berkembang selama enam tahun dan berawal dari aktivitas di coworking space.
Tantangan muncul saat pandemi Covid-19 pada awal 2020, yang membuat seluruh sesi offline terhenti. Padahal saat itu Let’s Play tengah bersiap ekspansi ke Surabaya dan Jakarta.
“Namun melalui adaptasi ke platform online, jangkauan Let’s Play justru semakin luas hingga bisa mengikuti program akselerator di kawasan Asia Pasifik,” jelasnya.
Sampai sekarang, tambah Arif, Let’s Play Indonesia tetap mengusung model bisnis tanpa kantor tetap.
Mereka memaksimalkan ruang-ruang yang ada, sebagai play space sekaligus wadah kolaborasi.
“Jadi memang coworking space bukan hanya tempat saja. Tapi juga perlu signature program dan komunitas aktif agar bisa sustain,” ujarnya.
Sementara itu, Business Community Lead Indigo Space Malang, M Zia Elfikar Albaba, menyebut, pada tahun 2016–2017, jumlah coworking space meningkat tajam dengan lebih dari 30 tempat aktif dan ratusan startup. Saat ini tren tersebut bergeser ke konsep work from cafe (WFC).
“Beberapa titik seperti Picnic Hub, Nakoa, hingga 7Chicken, menjadi lokasi favorit baru karena menggabungkan fungsi kerja, komunitas dan gaya hidup.”
“Sekarang coworking space yang bertahan, memiliki fasilitas tambahan seperti cafe sampai guest house,” katanya.
Zia juga merinci coworking space yang saat ini dibutuhkan masyarakat, harus memiliki faktor ruang privat, koneksi internet yang stabil, serta dukungan fasilitas seperti event dan FNB sampai akses mudah. (Nurul Fitriani/Ra Indrata)