
MALANG POST – Dinas PUPRPKP Kota Malang, terus memetakan kerusakan jalan yang terjadi di kawasan Kota Pendidikan Ini.
Tujuannya, untuk menentukan tingkat kerusakan, agar dalam perbaikan jalan nantinya, bisa dilakukan secara maksimal. Sekalipun anggarannya terbatas.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas PUPRPKP Kota Malang, Dandung Djulharjanto, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (27/5/2025).
Kata Dandung, ada alokasi anggaran dari DAU sebesar Rp12 miliar, yang diperuntukkan bagi peningkatan jalan di delapan lokasi. Termasuk di Jalan Wilis yang jumlahnya Rp1,2 miliar.
“Walaupun anggaran terbatas, kami akan terus melakukan penanganan jalan berlubang secara insidentil. Seperti di daerah Bandulan dan beberapa lubang di Jalan Wilis,” sebutnya.
Kalangan DPRD Kota Malang sendiri, juga terus mendorong agar DPUPRPKP, bisa memanfaatkan anggaran yang ada, untuk memperbaiki infrastruktur jalan.
Meski akibat efisiesi, kata Wakil Ketua 2 DPRD Kota Malang, Trio Agus Purwono, dari total dana transfer pemerintah pusat yang berkurang sekitar Rp25 miliar, seharusnya diperuntukkan perbaikan infrastruktur jalan. Sayangnya itu pun tidak turun sepenuhnya.
“Anggaran untuk Dinas PUPRPKP di belanja modal tahun 2025, naik menjadi Rp122 miliar, dari sebelumnya hanya Rp83 miliar.”
“Karena itu, DPRD juga mendorong pemanfaatan anggaran untuk perbaikan infrastruktur jalan,” jelas politisi PKS ini.
Sebelumnya, Trio menyoroti PAD Kota Malang hanya menyumbang 40 persen dari total APBD. Sementara sisanya berasal dari pendapatan transfer, yang sangat bergantung pada pemerintah pusat dan provinsi.
Sementara itu, Guru Besar Bidang Teknik Jalan Raya Universitas Brawijaya, Prof. Ir. Ludfi Djakfar menyampaikan, percepatan kerusakan jalan umumnya terjadi pada musim hujan.
Penyebabnya, jelas Prof. Ludfi, air yang masuk bisa menyebabkan penurunan kekuatan jalan sampai 50 persen.
“Di tengah keterbatasan anggaran, rapid action bisa menjadi salah satu faktor untuk perbaikan jalan,” sebutnya.
Itulah sebabnya, Prof. Ludfi melihat pentingnya dikategorikan kerusakan jalan dan memprioritaskan tingkat kerusakan parah di jalan yang menjadi pusat kegiatan perekonomian dan sosial masyarakat.
Prof. Ludfi menyarankan, untuk solusi jangka pendek, bisa mengurangi pekerjaan overlay dan lebih fokus ke teknik tambal sulam atau patching, dengan teknologi yang lebih baik. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)