
Seminar Nasional Pendidikan Agama Islam, tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga menjadi upaya konkrit dalam mempromosikan toleransi dan menekan radikalisme dilingkungan perguruan tinggi. (Foto: Humas UM for Malang Post)
MALANG POST – Dalam upaya meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang Agama Islam, Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan Seminar Agama Islam 2025 pada Selasa (20/05).
Bertempat di Gedung Kuliah Bersama (GKB) A19, acara ini dihadiri oleh mahasiswa UM serta menghadirkan tiga narasumber ahli di bidang agama, termasuk seorang profesor dari Amerika Serikat.
Kepala Laboratorium Agama, Dr. Achmad Sultoni, S.Ag., M.Pd.I., menyampaikan pentingnya kegiatan ini dalam membangun pemahaman agama yang inklusif.
“Tentu ini merupakan kegiatan yang positif dalam perspektif Agama Islam karena menuntut ilmu adalah bagian dari agama,” ujarnya.
Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Meneguhkan Toleransi dan Mengikis Radikalisme”. Ini sebagai respons terhadap maraknya aktivitas intoleran di dunia nyata maupun maya.
“Ini tentu sesuatu yang berbahaya karena bisa membuat Negara Indonesia dalam masalah besar,” tambahnya.
Dr. Sultoni menjelaskan bahwa Indonesia, sebagai negara yang beragam dalam agama dan budaya, sangat rentan terhadap isu intoleransi.
Melalui seminar ini, diharapkan peserta memahami cara bersikap terhadap perbedaan.
“Perbedaan bukanlah suatu masalah. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda bukan untuk bermusuhan tetapi untuk saling melengkapi,” pungkasnya.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber dengan materi yang relevan.
Prof. Ronald A. Lukens-Bull, Ph.D. dari University of North Florida, USA, memaparkan perspektif antropologis dengan tema “Terrorism and Counter-Radicalism: An Anthropological Perspective.”
Dalam paparannya, ia menyoroti pendekatan antropologi dalam memahami radikalisme dan menawarkan strategi pencegahan berdasarkan pengamatan lintas budaya.
Lalu narasumber berikutnya yaitu, Prof. Dr. H. Kasuwi Saiban, M.Ag., Ketua Dewan Masjid Indonesia Kota Malang. Ia membahas “Radikalisme di Lembaga Pendidikan.”
Ia menekankan pentingnya pengawasan dan pembinaan dalam institusi pendidikan untuk mencegah infiltrasi paham radikal.
“Institusi pendidikan harus menjadi benteng terakhir dalam melawan radikalisme,” tegasnya.
Narasumber terakhir, Wakil Rektor III UM, Prof. Dr. Ahmad Munjin Nasih, S.Pd., M.Ag., menyampaikan materi “Radikalisme di Kampus: Tantangan dan Solusi.”
Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara pihak universitas dan mahasiswa dalam menciptakan lingkungan kampus yang bebas dari radikalisme.
Strategi preventif yang diusulkan mencakup penguatan pendidikan karakter dan peningkatan literasi digital mahasiswa.
Seminar ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga menjadi upaya konkrit dalam mempromosikan toleransi dan menekan radikalisme.
Harapannya, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam menjaga keutuhan bangsa. (*/M abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)