
MALANG POST – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya melalui skema pendanaan hibah pengabdian internal Tahun 2025 menggelar kegiatan pengabdian masyarakat.
Kali ini berupa Workshop Sosialisasi Dampak Ultra-Processed Food (UPF) terhadap Kesehatan Masyarakat di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Gunung Kawi, Kabupaten Malang.
Kegiatan yang diketuai oleh Dr. Henny Rosalinda dari Program Studi Hubungan Internasional ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Khususnya kelompok muda dan keluarga pekerja migran.
Mengenai risiko kesehatan yang ditimbulkan karena mengkonsumsi makanan ultra-proses atau UPF. Seperti mi instan, minuman manis, dan camilan kemasan.
Tim pengabdian juga melibatkan dosen lainnya, Adhi Cahya Fahadayna, M.S. dan Primadiana Yunita, MA. Serta sejumlah mahasiswa dari Program Studi Hubungan Internasional sebagai mitra pelaksana lapangan.
“Desa Wonosari memiliki potensi pertanian lokal seperti ubi jalar yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai pangan sehat.”
“Namun, tantangan utama saat ini adalah tren meningkatnya konsumsi makanan instan di kalangan muda yang berisiko menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang,” jelas Dr. Henny Rosalinda.
Desa Wonosari yang terletak di kaki Gunung Kawi ini, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil ubi jalar di Jawa Timur.
Untuk memperkuat pemahaman warga, turut diundang juga seorang ahli gizi yang menjelaskan secara detail bahaya konsumsi UPF yang berlebihan dan manfaat konsumsi bahan pangan alami seperti ubi jalar.
Workshop dilaksanakan secara partisipatif, dengan pendekatan edukatif dan diskusi terbuka bersama warga desa.
Materi meliputi pengenalan kandungan berbahaya dalam UPF, dampaknya terhadap tubuh, serta alternatif makanan sehat berbasis hasil pertanian lokal.
Peserta juga mendapatkan panduan identifikasi produk UPF serta sesi demonstrasi makanan bergizi.
Selain edukasi terkait bahaya UPF, kegiatan ini juga memperkenalkan inovasi pengolahan pangan lokal berbahan dasar ubi jala.
Selama ini, masyarakat Desa Wonosari umumnya hanya mengolah ubi dengan cara direbus, yang menyebabkan kebosanan dalam konsumsi harian.
Dalam sesi praktik langsung, peserta dikenalkan pada berbagai variasi olahan ubi jalar, seperti sambal goreng, perkedel ubi, dan kroket ubi dengan rasa yang lebih gurih dan menarik.
“Semua yang biasa kita buat dari kentang bisa diganti dengan ubi,” ujar Henny.
Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan inspirasi baru kepada masyarakat dalam memanfaatkan ubi yang selama ini hanya dijual dalam bentuk rebusan.
Harapannya, inovasi ini tidak hanya meningkatkan variasi rasa dan gizi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru berbasis potensi lokal.
Sekeretaris Desa Wonosari Adi Budianto mengatakan masyarakat menyambut antusias kegiatan ini, khususnya para ibu yang terlihat dari aktifnya mereka dalam sesi tanya jawab serta keterlibatan dalam praktik pengolahan makanan.
Banyak peserta mulai menyadari bahwa pola makan yang sehat dapat dimulai dari dapur sendiri, dan bahan pangan lokal seperti ubi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas gizi sekaligus nilai ekonomis keluarga.
“Pemerintah Desa Wonosari memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini dengan menyediakan fasilitas dan membantu mobilisasi peserta.”
“Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal pengembangan komunitas sadar gizi dan mendorong keberlanjutan pola konsumsi sehat di tingkat desa.”
“Terutama dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Malang yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian target nasional penurunan stunting secara berkelanjutan,” kata Adi.
Dia menambahkan, kegiatan ini menjadi bagian dari kontribusi nyata FISIP yang berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Harapannya akan dapat membangun masyarakat yang tangguh melalui pendekatan interdisipliner dengan menghubungkan isu pangan, kesehatan, dan pembangunan berkelanjutan. (Humas UB-M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)