
MALANG POST – Pemerintah Kabupaten Malang, akan terus memantau mobilitas heban kurban menjelang Idul Adha. Terlebih di Indonesia saat ini, masih ada penyakit PMK dan LSD atau lato-lati.
Kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Malang, drh Woro Hambarrukmi, untuk memastikan hewan kurban aman, ada syarat tertentu. Seperti harus sudah di vaksin dan bebas dari penyakit PMK dan LSD.
“Jadi semua itu bisa di cek dengan dokumen yang bisa ditunjukan oleh peternak. Bahkan arahan-arahan juga disampaikan, ketika diketahui kondisi hewan kurang baik,” katanya saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (13/5/2025).
Sebenarnya, tambah drh Woro, tidak hanya menunggu ketika di momen Idul Adha saja. Tapi sudah menjadi program kerja, untuk dilakukan sosialisasi dan bimbingan teknis soal kesehatan hewan ternak dan cara menjaga kualitas.
Menjelang Idul Adha ini, pihaknya bekerjasama dengan Universitas Brawijaya, bakal menerjunkan sekitar seratus mahasiswa, untuk membantu pengawasan terkait kesehatan hewan kurban.
“Nantinya akan ada tim khusus yang akan keliling ke lapak-lapak hewan mulai H-7, untuk memastikan kondisi hewan kurban dalam keadaan sehat. Nantinya akan diberi surat kesehatan ketika sudah selesai di cek,” jelasnya.
Saat ini pihaknya masih menunggu juknis dari pemerintah pusat, untuk nantinya diturunkan jadi SE Bupati, guna disosialisasikan ke tingkat kecamatan sampai ke Dewan Masjid.
Di sisi lainnya, drh Woro juga menyampaikan, biasanya lapak-lapak hewan kurban sudah mulai bermunculan di H-7 Hari Raya Idul Adha. Kehadiran mereka ini sampai pada H+2.
“Untuk Kabupaten Malang sendiri, sejauh ini menjadi daerah penyuplai daerah lain. Kebutuhannya sendiri antara 4 ribu sampai 5 ribu saja dan ketersediaan aman,” tambahnya.
Biasanya, tambah drh Woro, setiap orang menginginkan hewan kurban sesuai selera. Sehingga kondisi hewan baik sapi maupun kambing juga beragam. Ada yang ukurannya kecil, sedang dan besar.
Sementara itu, dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Ir. Wike Andre Septian.,S.Pt, M.Si., menjelaskan, dimasa distribusi hewan kurban perlu kehati-hatian. Mengingat beberapa kejadian hewan kurban yang terjatuh sampai kakinya pincang.
Kata Wike, kondisi cacat terhadap hewan kurban ini, akan mempengaruhi dari segi harga. Bahkan ada yang sampai tidak bisa dijual, sehingga peternak rugi.
“Peternak perlu memastikan kalau kondisi hewan kurban yang dijual sesuai syariat khususnya dari segi umur dan kesehatan,” tegasnya. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)