
MALANG POST – Kota Batu dianugerahi kondisi alam yang luar biasa mendukung sektor pertanian. Dengan ketinggian wilayah yang bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga lereng pegunungan, Kota Batu memiliki iklim yang sejuk dan tanah yang subur.
Curah hujan yang cukup turut menjadi faktor penting mendukung pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Kondisi alam yang menguntungkan ini memungkinkan Kota Batu menjadi sentra penghasil berbagai macam produk pertanian unggulan, seperti apel, sayuran seperti kubis, wortel dan brokoli. Serta pertanian bunga dan buah-buahan lainnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu, Heru Yulianto menyatakan, berbekal kondisi alam tersebut, berbagai jenis tanaman bisa tumbuh subur di Kota Batu. Dengan kondisi tersebut, pihaknya telah membuat cluster-cluster di setiap desa dan kecamatan Kota Batu.
“Contohnya seperti di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, disana kami buat cluster sawi, gobis, wortel, kentang dan berbagai tanaman organik lainnya seperti strawberry,” tutur Heru, Selasa (13/5/2025).
Turun sedikit dari Sumberbrantas, yakni di Desa Tulungrejo, pihaknya telah membuat cluster pertanian apel. Seperti diketahui, desa ini menjadi salah satu daerah di Indonesia dengan pertanian apel terluas.
“Lalu di Desa Bulukerto, juga terkenal dengan kopinya. Bahkan beberapa waktu lalu juga sudah sempat panen Kopi Bulukerto. Dimana kopi dari desa ini punya keunikan dari segi rasa, karena ditanam berdampingan dengan pohon lain, seperti pohon apel,” sebut Heru.
Kemudian cluster pertanian bunga, ada di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji dan Deaa Sidomulyo, Kecamatan Batu. Cluster pertanian jeruk berada di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji.

BERCOCOK TANAM: Petani Kota Batu saat bercocok tanam merawat tumbuhan yang mereka tanam hingga membuahkan hasil. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Terus turun ke Kota Batu bagian bawah (Kecamatan Junrejo) di wilayah Desa Torongrejo telah terkenal dengan pertanian bawang merahnya. Kemudian di Desa Pendem telah menjadi lumbung beras bagi Kota Batu.
“Sampai di desa paling bawah yakni Desa Dadaprejo, telah terkenal dengan Anggrek dan pertanian sayur organik. Walaupun banyak tanaman bisa tumbuh di Kota Batu, kami lebih dikenal dengan sentra pertanian hortikultura,” sebut Heru.
Menurutnya, dengan kondisi lingkungan Kota Batu tersebut, merupakan potensi besar untuk pertanian yang berkelanjutan. Kota Batu memiliki sumber daya alam yang mendukung pertanian, terutama keberadaan sumber air yang melimpah dari sungai dan mata air pegunungan.
Hal tersebut sangat penting untuk menjaga kelembaban tanah dan ketersediaan air bagi pertanian, terutama di musim kemarau. Selain itu, tanah di Kota Batu umumnya subur, dengan kandungan mineral yang baik, sehingga mendukung pertumbuhan tanaman dengan optimal.
“Pemkot Batu semakin giat mengembangkan pertanian berkelanjutan dengan menerapkan teknik-teknik pertanian ramah lingkungan, seperti pertanian organik dan agroforestry,” imbuhnya.
Program ini bertujuan untuk menjaga kesuburan tanah, mengurangi penggunaan pestisida kimia dan meningkatkan keberagaman tanaman yang dibudidayakan.
Lebih lanjut, selain memberikan manfaat bagi ketahanan pangan, sektor pertanian di Kota Batu juga berperan penting dalam perekonomian lokal. Banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, dengan sebagian besar hasil pertanian juga dipasarkan ke luar daerah.
Potensi pasar yang besar untuk hasil pertanian dari Kota Batu juga membuka peluang bagi pelaku usaha dan petani untuk mengembangkan produk-produk olahan, seperti selai dan keripik apel, jus dan produk lainnya yang bisa dipasarkan lebih luas.
Dengan kondisi lingkungan yang sangat mendukung dan penerapan teknologi yang tepat, Kota Batu berpotensi menjadi contoh daerah pertanian yang maju dan berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang berimbang. (Ananto Wibowo)