
MALANG POST – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang memprediksi, pertumbuhan penduduk di Kota Pendidikan ini semakin masif untuk 20 tahun ke depan.
Kata Kepala Bidang Litbang Bappeda Kota Malang, Yogi Handoyo Waseso, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, menyampaikan, peningkatan urbanisasi terjadi bukan hanya di Kota Malang. Tapi menjadi trend secara global, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia.
“Berdasarkan data BPS, pertumbuhan penduduk di Kota Malang akan semakin masif selama 20 tahun ke depan. Akan ada peningkatan jumlah penduduk dari 879.000 di tahun 2025 menjadi 968.000 di tahun 2045,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (25/4/2025).
Dalam menghadapi tantangan urbanisasi, tambahnya, Bappeda Kota Malang menerapkan strategi perencanaan kota yang adaptif dan berkelanjutan. Melalui pengaturan tata ruang yang responsif terhadap perubahan demografi.
Optimalisasi pengendalian pemanfaatan lahan dan pengembangan infrastruktur, masih kata Yogi, dilakukan secara bertahap. Dengan mempertimbangkan kemampuan fiskal daerah.
Sedang Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya, Fauzul Rizal Sutikno menyebut, urbanisasi di Kota Malang punya karakteristik unik. Dimana sebagian pendatang justru membawa potensi ekonomi yang tinggi.
“Karenanya, masyarakat Kota Malang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan perkotaan.”
“Keunikan Kota Malang terletak pada kemampuan penduduk lokalnya, dalam menularkan rasa bangga terhadap kota kepada para pendatang. Sehingga menciptakan ikatan kuat antara warga dan kotanya,” katanya.
Selain itu, tambah Rizal, juga ada tantangan birokrasi dalam beradaptasi dengan isu-isu perkotaan terbaru cenderung lebih lambat.
Hal ini bukan karena keterbatasan kapabilitas aparatur, melainkan kompleksitas sistem birokrasi yang harus mengikuti berbagai peraturan dan koordinasi yang rumit.
Sementara itu, Dosen Sosiologi UMM, Moch. Aan Sugiharto mengakui, walaupun SDM yang masuk ke Kota Malang punya kualitas yang baik, mayoritas mereka mahasiswa yang tinggal sementara dan akan kembali ke daerah asal, setelah studi selesai.
“Akibat urbanisasi, terjadi perubahan sosial yang signifikan di Kota Malang. Dimana solidaritas masyarakat bergeser dari solidaritas mekanik, menjadi solidaritas organik.”
“Fenomena ini terlihat dari maraknya kos-kosan, yang hanya berorientasi profit tanpa memperhatikan aturan dan nilai sosial,” sebutnya.
Aan mengkhawatirkan, jika tidak ada pengendalian, image “Malang Gaya Bebas” akan semakin menguat dan dapat mengancam reputasi Kota Malang sebagai kota pendidikan. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)