
MALANG POST – Tembang Jawa Cublak-cublak suweng mengalun indah, mengiringi lenggak-lenggok model dadakan yang mengenakan kain panjang dan busana tradisional Nusantara. Kain panjang yang dikenakan berbagai motif batik dan berbagai modifikasi model kekinian.
Model dadakan itu di antaranya Ketua Umum Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita (SBW) Malang, Dr Sri Untari Bisowarno MAP, bersama sejumlah anggota Koperasi SBW. Kegiatan ini sebenarnya Sarasehan yang dikemas dengan halal bi halal antara pengurus Koperasi SBW Malang dengan para anggotanya. Digelar di Aula Koperasi SBW Malang, Sabtu (18/4/2025).
Nara sumber Indonesia dalam Cermin Gaya Berusana Berkain Tradisional Kedaerahan ini adalah Sri Indah Noviani. Yaitu, Sekretaris Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Cabang Malang Raya.
Usai paparan terkait motif dan modifikasi gaya kekinian berbusana kain Nusantara, di antarana berbagai motif batik, Noviani memanggil pengurus dan anggota SBW yang bersedia jadi model. Mereka dari yang berbadan besar hingga yang kecil.
Ketua itu ada beberapa orang yang maju. Sri Untari mengenaikan kain panjang motif Garuda, Bu Trisur mengenakan batik motif jumputan, Bu Ira (Dosen Psikologi) motif kain panjang kekinian dengan modifikasi model kulot. Sedang Bu Erni pakai batik motif parang, dan Bu Dita pakai motif bati pagi sore.
Setelah mengenakan kain panjang, masing-masing dengan modifikasi model yang berbeda, mereka pun siap berlenggak-lenggok di hadapan para anggota SBW. Yang jelas, kain panjang berbagai motif batik itu saat dipakai sama sekali tidak dijahit. Kain motif kuno itu bisa jadi tampilan model kekinian dengan hanya diikatkan atau diserut atau digulung.
Tutorial pemakaian kain panjang (jarik) peninggalan karya adi luhung nenek moyang ini sangat menarik para peserta sarasehan. Mereka merasa senang dengan kegiatan semacam ini.

Tutorial berjarik dengan model kekinian menjadi daya tarik para anggota Koperasi SBW Malang yang mengikuti Sarasehan Kartini Masa Kini, Sabtu (18/4/2025). (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Ketua Umum Koperasi SBW Malang, Sri Untari, mengatakan salah satu programnya DPRD Provinsi adalah dirinya sebagai anggota dewan diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Seperti semacam melakukan sosialisasi pendidikan politik, pendidikan kemasyarakatan melalui seminar, saresahan, workshop dan lainnya.
Dan kali ini pihaknya membumikan pesan-pesan Kartini kepada seluruh anggota SBW. Yaitu, perempuan berdaya, perempuan mandiri dan perempuan ingin maju.
“Kami berkebaya, berkain karena ingin melestarikan kain Nusantara yang salah satunya menjadi world heritage,” jelasnya.
Berbusana kebaya atau berkain panjang perlu dilesrarikan. Karena orang Prancis saja tak hanya sekadar berburu motif batik saja. Tetapi juga berikut filosofinya. “Kalau orang luar saja seperti itu, mengapa kita tidak,” ujarnya.
Sebai upaya untuk melestarikan batik, pihaknya akan terus mengampanyekan warisan budaya ini ke sekolah-sekolah dan koperasi-koperasi. Selain itu SBW juga akan bikin Pojok Batik. Rencananya, di tempat usaha Koperasi SBW di Jl Raden Intan, Kota Malang.
Pojok Batik ini akan menampung batik-batik karya anggota SBW. Nantinya, berbagai motif batik akan ada di tempat ini. “Biarkan jadi satu, apa itu batik malangan, batik Solo, Yogya dan lainnya. Harapan ke depan, batik tidak lenyap. Kita terus fokus soal batik. Ayo, agar kita tidak kehilangan identitas kita,” papar Unrari.
Karena itu, kita harus mulai mengampanyekan budaya kita ini. Kita harus menggali-gali budaya kita agar kita tak ketutup budaya dari Eropa, Korea dan lainnya. “Ini dapat dimulai dari berkain. Setelah itu baru belajar filosofinya. Apa dan mengapa namanya parang, kawung, gringsing dan sebagainya,” kata Untari.
Dalam kegiatan ini, SBW juga menghadirkan psikolog, agar di dalam situasi berat seperti sekarang ini, anggota ini ada tempat untuk mengadu, ada tempat bagaimana keluar dari stres, bagaimana meningkatkan partisipasi anggota SBW dan lainnya. (Eka Nurcahyo)