
MALANG POST – Kerusakan lingkungan menjadi permasalahan di setiap daerah. Apalagi yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti alih fungsi lahan, industri, sampah, pencemaran air-udara-tanah dan sebagainya.
Begitupun yang terjadi di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Khususnya terkait ruang terbuka hijau (RTH) akibat kawasan industri yang menyebabkan polusi udara tinggi.
Ini menjadi perhatian Widya Poean Maharani, lulusan terbaik Program Studi Arsitektur S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang).
Melihat hal tersebut, dia menghadirkan solusi inovatif untuk mengatasi kerusakan lingkungan di Kota Tangerang Selatan. Melalui skripsinya yang berjudul “Recreation Dome In The City: Hotel Resort And Nature Conservation Park”.
Widya menawarkan solusi dengan merancang taman konservasi alam yang dilengkapi berbagai jenis pohon untuk mengembalikan keseimbangan lingkungan. Selain itu, ia juga merancang hotel resort sebagai fasilitas penunjang konservasi alam dan destinasi wisata.
“Hotel resort dan taman konservasi alam ini dirancang sebagai fasilitas menginap dan rekreasi. Tujuannya untuk melindungi dan menjaga lingkungan sekitar melalui perawatan, perlindungan, dan pelestarian flora fauna,” jelasnya.
Selain itu, perancangan ini juga mendukung pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) di tengah kota. Konsep perancangan berfokus pada penciptaan suasana santai dan tenang.
Agar dapat dinikmati oleh para pengunjung sekaligus sebagai tempat yang memiliki keterbukaan terhadap lingkungan di tengah-tengah kota.

Perancangan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam membersihkan udara Kota Tangerang Selatan dari polutan industri dan kendaraan.
Melalui reboisasi (penanaman pohon) sehingga dapat menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi keberlangsungan lingkungan sekitar.
Widya menerapkan tema arsitektur biofilik dalam rancangannya. Penerapan tema ini terlihat pada interior hotel resort yang memanfaatkan penerangan dan ventilasi udara alami, serta menghadirkan unsur alam dalam ruangan berupa tanaman dan elemen-elemen batu.
“Tema arsitektur biofilik juga saya wujudkan dengan menghadirkan air (presence of water) di taman konservasi,” tambah Widya yang ikut diwisuda pada wisuda ke 73 periode 1 tahun 2025.
Metode perancangan yang digunakan adalah Concept-Based Framework oleh Philip D. Plowright, yang menggabungkan pendekatan dari berbagai bidang ilmu untuk menghasilkan arsitektur dengan kerangka berpikir yang jelas.
Rancangan dilengkapi dengan fasilitas taman, ruang workshop, edukasi cara menanam pohon dan mengenal jenis tanaman langka yang ditanam, area bertanam pohon bagi pengunjung, restoran terbuka, kolam renang, area bermain, area bird and butterfly watching untuk mengamati kupu-kupu, dan fasilitas lainnya.
“Fasilitas tersebut diharapkan dapat menjadi ruang yang mendukung pariwisata berkelanjutan dan ikon bangunan lingkungan alam buatan dalam usaha memaksimalkan area hijau di Kota Tangerang Selatan,” imbuh peraih IPK 3,38 ini. Ia dibimbing oleh dosen Ir. Suryo Tri Harjanto, M.T. dan Amar Rizqi Afdholy, S.T., M.T.
Widya merupakan dara asal Serang, Banten, putri dari pasangan Eka Marlika, dan Dewi Nurhayati. Setelah menamatkan sekolah dari SMA Negeri 1 Cikande, Serang, Banten, ia berjuang mendapatkan beasiswa KIP Kuliah dari pemerintah untuk melanjutkan studi di Arsitektur S-1 ITN Malang.
“Kata ayah, kalau kuliah jauh sekalian agar mempunyai pengalaman merantau. Awalnya tertarik desain interior, tapi kata ayah nanggung. Jadi sekalian saya mengambil Arsitektur ITN Malang. Di arsitektur juga mempelajari landscape, interior dll,” ungkapnya.
Penghobi menggambar dan memasak ini ternyata selama kuliah pernah jualan spaghetti, dan mie nyemek bersama temannya. Masakan mereka dijual kepada teman-teman sendiri. Bahkan testimoninya masakannya enak, sehingga laris manis terjual.
“Saya juga pernah freelance menggambar desain interior toilet umum, diajak kakak tingkat,” katanya.
Menurutnya, kuliah di ITN Malang, khususnya di Prodi Arsitektur bukan hanya sekedar belajar menggambar dan membangun ruang, tetapi juga melatih cara berpikir secara out of the box dan menciptakan karya yang impactful.
“Alhamdulillah didukung dosen-dosen yang expert dan concern di bidang masing-masing memberikan saya insight yang fresh, relevan dan menarik,” tuntasnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)