
TOKOH INTERNASIONAL: Dahlan Iskan dan Prof. KH Bisri, saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Madyopuro, yang berlangsung di Terminal Madyopuro. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Dahlan Iskan melihat, kawasan Madyopuro memiliki kekuatan terbesar. Untuk diwujudkan sebagai kawasan perekonomian berbasis budaya dan wisata kuliner halal cashless.
Kekuatan itu adalah hutan kota yang sangat rindang. Berada di sekitar Terminal Madyopuro dan kawasan Velodrome. Karena rindang itu indah. Tapi indah, belum tentu rindang.
Selain itu, mantan Menteri BUMN ini juga menyebut, daerah yang berada di antara kota dan bandara. Plus dilewati jalan tol, akan menjadi daerah yang paling berkembang. Seperti Madyopuro.
“Artinya, dalam sepuluh tahun mendatang, apa yang akan dicita-citakan warga Madyopuro, pasti bisa terwujud. Bahkan sangat mungkin jauh melebihi ekspektasi mereka. Karena kawasan ini betul-betul akan menjadi tambang emas,” tegas Dahlan Iskan.
Hal itu disampaikan Dahlan Iskan, ketika menjadi pembicara dalam Sarasehan Madyopuro. Berlangsung di Terminal Madyopuro, Kedungkandang, Kota Malang, Selasa (8/4/2025).
Hanya saja, Dahlan mewanti-wanti agar kekuatan besar itu tidak sampai rusak. Bahkan hutan kota itu harus semakin dipercantik. Serta dihindarkan dari kesan kumuh. Dijauhkan dari aktivitas yang bisa mengotori kerindangan.
“Bahkan kalau perlu, Terminal Madyopuro ini dibongkar saja. Karena pada sepuluh tahun mendatang, terminal ini sudah tidak relevan dengan jaman modern. Ada terminal, segala macam kekumuhan justru akan hadir,” tandas mantan Direktur Utama PLN ini.
Kalau pun nantinya di kawasan tersebut bakal dibangun pasar seni, Dahlan Iskan tetap meminta proyek itu tanpa menebang satu pohon pun. Boleh dibuat kawasan permanen, tetapi tanpa ada bangunan gedung yang besar dan tinggi.
“Tetapi semuanya tetap dengan standar bintang empat. Semua fasilitasnya harus bintang empat. Meski tidak harus selalu mahal. Terpenting adalah indah, bersih dan fokus pada tujuan,” sebut salah satu penggagas pembangunan jalan tol Surabaya – Malang ini.

SANTAI: Inilah suasana Sarasehan Madyopuro yang berlangsung gayeng, dengan diikuti seluruh Ketua RW se Madyopuro dan warga sekitar lainnya. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Ide dasar Dahlan Iskan untuk tetap mempertahankan hutan kota tersebut, karena diyakini pada seluruh tahun mendatang, area di sisi selatan Terminal Madyopuro, yang sudah termasuk dalam kawasan perumahan Sawojajar, bakal berubah sangat frontal.
Di area selatan tersebut, diprediksi akan menjadi pusat bisnis yang cukup besar. Bakal berdiri banyak rumah makan besar. Termasuk juga kemungkinan hotel-hotel berbintang.
“Karena di area tersebut, sudah menjadi milik perorangan. Dan mereka tahu, wilayahnya akan menjadi pusat bisnis yang cukup besar. Jadi kita tidak bisa lagi mencegah para investor, yang ingin mengembangkan kawasan tersebut,” sebut pria yang menginisiasi pembuatan mobil listrik di Indonesia ini.
Untuk timeline perkembangan kawasan Madyopuro dalam waktu sepuluh tahun tersebut, karena Dahlan Iskan melihat, pada kurun waktu lima tahun mendatang, perekonomian di Indonesia masih belum terlalu bagus. Banyak faktor yang melatarbelakangi kondisi tersebut.
“Padahal untuk mewujudkan rencana tersebut, sangat tergantung pada pendanaan. Sekalipun soal dana, bukan menjadi masalah utama.”
“Tapi intinya warga Madyopuro harus kompak, untuk bisa mewujudkan keinginan mereka. Cari upaya sendiri, jangan terlalu tergantung pada pemerintah. Meski kawasan ini, masih menjadi milik pemerintah,” sebut Dahlan Iskan.
Sementara itu, Prof. KH. Mohammad Bisri, yang juga hadir menjadi pembicara, sepakat dengan yang disampaikan Dahlan Iskan.
Mantan Rektor Universitas Brawijaya ini juga melihat, rencana warga Madyopuro untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan perekonomian berbasis budaya dan wisata kuliner halal cashless, bukanlah sekadar mimpi semata.
“Karena untuk bisa mendesain kawasan tersebut. Serta teknologi yang akan dipakai, agar tidak merusak lingkungan, benar-benar sudah siap. Tinggal bagaimana menguatkan niat warga disini. Termasuk dukungan dananya,” tegas Prof. Bisri.
Apalagi dalam kacamata pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, untuk mewujudkan kawasan Madyopuro seperti yang diharapkan, sudah didukung dengan berbagai sarana di sekitar.
“Tinggal nanti bagaimana bisa mewujudkan konsep kawasan wisata halal di Kota Malang ini. Ingat, bukan Kota Halal. Tetapi kota wisata kuliner halal.”
“Kawasan itu harus punya ciri khas yang berbeda. Serta harus berkelas dunia, yang akan bisa tumbuh di kawasan timur Kota Malang,” tandas penggagas menabung air ini.
Karenanya, Prof Bisri juga sepakat untuk membangun kawasan Madyopuro, harus bisa dihindarkan dari pembangunan gedung-gedung besar dan tinggi. Hingga harus mengorbankan hutan kota.
“Jangan sampai kita membuat kawasan perekonomian baru, tapi juga sekaligus membawa masalah baru. Salah satunya adalah menciptakan kawasan banjir baru. Itu harus dihindarkan,” tandas Kiai Bisri. (Ra Indrata)