
Anggaunitakiranantika, Ph.D., dalam studi doktoralnya di Korea Selatan. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Di tengah hiruk pikuk kehidupan akademik dan sosial, Anggaunitakiranantika, Ph.D., seorang akademisi Universitas Negeri Malang (UM), berhasil menyelesaikan studi doktoralnya di Korea Selatan.
Melansir berita dari Humas UM, bahwa perjalananya di negeri sebelah tidak hanya tentang meraih gelar. Tetapi juga membuktikan peran perempuan dalam pendidikan tinggi dan memberdayakan mereka melalui riset dan patut untuk di contoh karena mempunyai inspirasi.
Angga menyadari tantangan representasi perempuan di dunia akademik, terutama pada jenjang S3. Motivasi ini mendorongnya untuk membuktikan kesetaraan gender dan berkontribusi pada pendidikan.
Fokus penelitiannya pada isu gender dan ketenagakerjaan dipengaruhi oleh keterlibatannya dengan organisasi internasional sejak 2015.
“Saya aktif dalam beberapa association seperti International Sociology Association dan Gender Association,” ungkapnya.
Keputusan Angga untuk melanjutkan studi di Korea Selatan dengan major Women’s Studies didorong oleh pengalamannya di pusat riset migrasi di National University of Singapore (NUS).
Ia ingin mengkaji lebih dalam isu perempuan Asia, terutama dalam konteks migrasi dan tenaga kerja, yang selama ini masih jarang diteliti.
Risetnya telah menghasilkan karya berharga, termasuk penelitian tentang keluarga pekerja migran perempuan yang diterbitkan di jurnal internasional terindeks Scopus.
“Ya tentu saya ingin merepresentasikan suara-suara yang belum terdengar, baik dari pekerja migran, anak-anak, maupun keluarga mereka,” ujarnya.
Meskipun menurutnya hal tersebut menghadapi berbagai tantangan, seperti kendala bahasa dan budaya, Angga berpegang teguh pada prinsip engagement, tujuan, motivasi, dan encouragement.
Ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai kunci pemberdayaan perempuan. Namun, stigma budaya patriarki di Indonesia masih menjadi hambatan utama.
“Perempuan sering kali hanya dituntut menyelesaikan pendidikan dasar, dengan asumsi bahwa pendidikan tinggi tidak penting bagi mereka,” tuturnya.
Dalam semangat Hari Perempuan Internasional, Angga menekankan pentingnya kesetaraan gender untuk mencapai inklusivitas sosial.
“Bersuara. Melangkah. Dan please prove it, that you can do it,” pesan Angga kepada perempuan di seluruh dunia.
Melalui perjuangannya, Angga Unita Kiranantika membuktikan bahwa pendidikan adalah jalan untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, selaras dengan tujuan SDG 5: Kesetaraan Gender, dan SDG 4: Pendidikan Berkualitas.
Perjuangannya menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk terus maju dan berdaya.(*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)